Hari senin museumnya tutup. Tetapi halamannya buka. Karena banyak artefak yang dipajang di luar, jadi bisa saja dibilang Museum Negeri Sulawesi Tenggara ini masih separo buka. Kabar bagus buat Rudy dan saya yang masih bisa melihat-lihat sebagian koleksi museum ini
Month: October 2015
Oriental Pearl ala Kendari
Tiga tahun lalu butir-butir salju tipis berguguran di Shanghai. Saya duduk seorang diri melepas malam di ambang The Bund seraya menatap sebuah menara yang berpendar cantik di tengah kegelapan. Namanya saya tidak pernah lupa, Oriental Pearl Tower. Hari ini tidak
Rendezvous di Kota Kendari
Rudy sudah menunggu saya di Kendari. Mau cari angin, katanya. Entah angin apa yang dicari. Kunjungan saya yang pertama ke Sulawesi Tenggara ini memang begitu tidak terencana. Hampir segala aspek dari perjalanan ini, mulai dari tiket hingga destinasi tujuan lahir
Dari Monginsidi Jadi Haluoleo
Sorot cahaya matahari menyeruak masuk. Saya buru-buru menutup cover plastik jendela pesawat untuk menghalaunya. Semalam saya tidur tidak pulas di tengah dinginnya udara malam dan kerasnya bangku baja di sudut Bandara Sultan Hasanuddin. Sementara pagi ini, riuh pesawat kecil dan
Bekas Stadhuis de Batavia
Pantomim, artis trotoar, dan pemusik jalanan bertubuh tambun. Sejenak ingatan saya berputar kembali ke Damrak. Hari itu akhir musim dingin saya berjalan kaki seorang diri di bawah hembusan udara beku Amsterdam, tersesat di liku lorong-lorongnya, dan terbenam dalam riuh rendah
Gemerlap Malam Kota Tua
Di tempat inilah Jakarta lumer dalam satu wadah. Inilah melting pot, ketel lelehan bagi megapolitan yang heterogenistik. Mengunjunginya ibarat menyambangi sebuah miniatur Jakarta. Apabila anda adalah satu-satunya warga Jakarta yang belum pernah ke Kota Tua, saya sarankan untuk melewatkan malam
Garis Akhir Tentara Australia
Matahari belum terbit namun bendera Jepang sudah berkibar di langit Laha. Sejumlah serdadu Australia terdesak di Eri dalam kondisi kelelahan dan penuh luka akibat perang yang berkecamuk selama sepekan terakhir. Pagi itu armada nihon Takeo Ito melancarkan serbuan pamungkas, letupan
Nyaris Ditinggal di Batu Layar
Norris duduk di belakang, sementara saya bermanuver menikmati liuk-liuk jazirah Leihitu. Sesekali kami berhenti untuk mengambil gambar dan menikmati pemandangan lautan lepas. Gelombang di sempadan pantai Leihitu relatif lebih buas apabila dibandingkan kompatriotnya di sisi barat. Bagi pemburu lanskap tentu
Ironi dari Negeri Lima
Pemandangan tetumbuhan hijau dan lintasan beraspal mulus mendadak terputus. Tersibak di hadapan saya lanskap kelabu beralaskan batu pasir. Tiang-tiang listrik setengah miring dan pohon-pohon kering berhadap-hadapan mengapit lajur kerakal sempit. Sebuah sungai kecil membelah begitu saja, entah dari mana sumbernya.
Tujuh Abad Masjid Wapauwe
Banyak legenda menghiasi kisahnya. Konon dahulu masjid tua ini berdiri di Desa Tehala. Namun karena sebuah kejadian gaib, suatu malam masjid ini berpindah ke Desa Kaitetu, tempatnya yang sekarang. Bukan. Bukan mitos penduduk setempat yang saya cari di sini. Saya