Awan hitam yang tadi menyesaki angkasa Senggigi kini tersisa selarik. Matahari yang menjelang hembus-hembus napas terakhirnya di hari itu menyala kuat-kuat memancarkan semburat cahaya jingga ke seantero cakrawala. Langit Senggigi seakan terbakar, menyala di senja yang tenang. Saya senang melewatkan
Month: March 2017
Mencicipi Bandara Lombok
Pada masa infansinya, bandara ini pernah menjadi arena wisata keluarga. Absurd memang. Dibangunnya bandara di Lombok Praya menggantikan fungsi Selaparang dimaksudkan untuk menghidupkan belah selatan pulau Sasak ini. Dengan adanya bandara yang terletak di papar selatan Pulau Lombok diharapkan pariwisata
Di Bawah Nama Fatmawati
Awalnya Fatmawati bermaksud meminta pendapat Soekarno ihwal pinangan seorang anak wedana terhadap dirinya. Bukannya mendapatkan saran, Soekarno justru menyatakan cinta. Di Bumi Rafflesia inilah Fatmawati, seorang keturunan putri dari Kerajaan Indrapura, mengenyam pendidikan di sebuah sekolah Katholik. Dalam pembuangannya di
Di Bengkulu Melepas Senja
Mentari surut di sebalik pantai. Saya duduk seorang diri di atap tembok Fort Marlborough seraya memicingkan mata ke arah pantai. Silau. Panasnya sore berbaur dengan angin laut yang kencang membuat permukaan kulit serasa digosok dengan amplas. Sekumpulan anak-anak remaja bercengkerama
Risalah Inggris di Bengkulu
Inggris pernah menyimpan harapan besar pada tanah ini. Ketika mereka pertama kali berlabuh di Bengkulu pada tahun 1685, Inggris mempersiapkannya sebagai dermaga masif yang menghubungkan nusantara dengan koloni di India dan Cina, sekaligus penyuplai rempah-rempah. Namun ternyata Bengkulu bukan tanah
Defensi Akhir Inggris Raya
Sesekali jembatan kayu itu berderak ketika saya langkahi. Sebelum memasuki pintu gerbang Fort Marlborough, ada jembatan sepanjang belasan meter yang menghubungkan antara dinding depan dengan bagian dalam benteng. Di sisinya tergolek tiga bongkah nisan, yang salah satunya adalah atas nama
Kronikal Fort Marlborough
Menatap samudera yang terpapar di kakinya, ada eksotisme yang tidak terbantahkan. Namun untuk dua lusin serdadu Britania yang ditugaskan di benteng tersebut dua abad silam, dataran itu begitu senyap dan sedih. Tak ayal, mereka perlahan larut dalam candu dan minuman
Atas Nama Ronggowarsito
“Amenangi zaman édan, éwuhaya ing pambudi, Mélu ngédan nora tahan, yén tan mélu anglakoni, Boya keduman mélik, kaliren wekasanipun, Ndilalah kersa Allah, begja-begjaning kang lali, Luwih begja kang éling klawan waspada.” – Ronggowarsito, Tembang Sinom Raden Ngabehi Ronggowarsito kondang tak
Jejak Laksamana Cheng Ho
Banyak yang berkata bahwa perjalanan adalah ujian keberanian. Namun pengalaman saya membuktikan bahwa perjalanan lebih kepada ujian kesabaran, ini soal kelapangan hati ketika sesuatu tidak berjalan sesuai rencana ataupun kehabisan stok rencana. Dan soal ini sebanyak apapun pengalaman, sepantasnya saya
Klenteng Sam Poo Kong
“Marilah kita mengheningkan cipta dengan mendengarkan bacaan Al-Qur’an,” sebuah transkrip lirik di Klenteng Sam Poo Kong ini ditengarai sebagai sinyal kuat bahwa Laksamana Cheng Ho adalah seorang Muslim. Benarkah? Entahlah. Catatan Liang Qi Chao tidak pernah secara eksplisit bicara ihwal