Bermodalkan Google Map, saya berjalan kaki menyusuri jalan sempit berdebu yang membelah sebuah perkebunan. Dari pusat Kota Gorontalo menuju ke Museum Gorontalo yang terletak di ujung timur kota. Perlu waktu sekitar setengah jam berjalan kaki untuk mencapainya, segalanya cukup baik
Gorontalo
Hampar Batu Pantai Botutonuo
Ada entah lima atau enam lorong di desa ini yang menuju ke Pantai Botutonuo. Pada setiap lorong, masing-masing ditandai dengan sangat jelas dengan menggunakan papan kayu yang besar-besar bertanda nomor lorong. Saya mengambil lorong nomor tiga meskipun saya tidak tahu
Sate Tuna Andalan Gorontalo
Dari pencarian singkat di internet, hanya ada dua nama yang direkomendasikan yaitu Rumah Makan Ratu dan Rumah Makan Ohara, yang mana keduanya menyediakan menu andalan sate tuna. Lantaran saya lebih dahulu ketemu dengan Rumah Makan Ohara, jadilah saya memutuskan untuk
Menyapu Pesisir Bone Bolango
Bone Bolango adalah aspal tipis yang menyisir tepian karang laut, terhimpit perbukitan berselimut hutan lebat dan gemuruh gelombang Teluk Tomini. Semakin ke timur kondisi jalan semakin sepi, aspal semakin tipis, dan perlahan kemudian terkelupas dari tempat semestinya ketika jalan yang
Limboto, Senyum di Atas Krisis
Gegap gempita suara musik bertalu-talu di tepinya bersamaan dengan para penari berkostum warna-warni yang berlenggak-lenggok di atas panggung, sementara tahun demi tahun Danau Limboto terus terbenam dalam urukan sedimen. Festival Danau Limboto adalah pagelaran tahunan yang menjadi salah satu magnet
Kala Sukarno Mendarati Limboto
Kisah tentang pendaratan Soekarno di Danau Limboto bagaikan kisah yang terus diulang-ulang di kampung ini. Begitu bangganya mereka kala menceritakan ulang bagaimana Sang Putra Fajar mendaratkan di atas pesawat amfibi Catalina pada tahun 1951 di permukaan danau yang tenang ini.
Gorontalo, Lima Tahun Kemudian
Lima tahun semenjak terakhir kali saya menjejakkan kaki di Kota Gorontalo. Sudut-sudut yang dulunya dipenuhi dengan debu kecoklatan melayang-layang di udara gara-gara sambaran bentor yang lalu lalang kini telah banyak berubah. Tepian jalan raya sudah ditegel dengan paving dan trotoar
Binte Biluhuta, Kuliner Gorontalo
Orang Manado menyebutnya milu siram. Orang Gorontalo menyebutnya binte biluhuta. Sejatinya sama saja, karena binte atau milu sama-sama berarti jagung, sementara biluhuta berarti disiram. Frasa tersebut digunakan untuk menggambarkan kuliner khas Gorontalo yang sup jagung yang secara harafiah berarti jagung
Benteng Orange yang Terlupa
Opa Gani menunduk menyentuh tepian dinding benteng ketika saya berkomentar tentang batu-batunya. Benteng Oranye, atau masyarakat Gorontalo lebih suka menulisnya dengan ejaan Benteng Orange, adalah salah satu dari beberapa benteng yang ada di Gorontalo. Meskipun tidak setenar Fort Otanaha, namun
Gorontalo Ada Fort Orantje
Tubuhnya sudah renta namun jalannya masih agak lincah. Dengan sebilah golok yang tersarung di belakang, La Gani membimbing saya mendaki dinding-dinding batu Fort Orantje yang hanya selebar setengah depa. Opa Gani, demikian kakek ini akrab disapa, adalah juru kunci Benteng