Ransel puluhan kilogram tidak mencegah saya berlari kencang menyusuri lorong dermaga. Suara mesin kapal yang menderu memantik insting pejalan jauh ini. Ilham, nelayan muda sebaya yang berdiri di atas dek kapal motor itu, terlihat sibuk melepaskan ikatan di tonggak dermaga.
Month: September 2015
Seikat Rambutan Bulungan
“Ini rambutan ambil buat bekal jalan,” kata ibu itu sambil menyerahkan seikat rambutan. Pemberian yang tidak saya antisipasi karena selain cuma-cuma, sopir saya juga hanya berhenti untuk numpang pipis. Kalau numpang pipis saja gratis rambutan, mungkinkah numpang boker gratis durian?
Makam Bagi Dayak Kenyah
Edward Jenner, nama yang terpampang pada kayu menyilang di tanah kubur itu. Bukan. Bukan Edward Jenner si ahli ilmu hayat penemu vaksin cacar, melainkan seorang Edward Jenner lain yang berasal dari suku Dayak Kenyah. Persinggahan saya di Bulungan pagi ini
Salam Untuk Tanjung Selor
Pepohonan rimbun menghiasi lanskap yang dibelah oleh jalanan beraspal seadanya. Tanjung Selor lebih mirip desa raksasa daripada kota. Tidak banyak yang mengetahui bahwa dia baru saja didapuk menjadi ibukota provinsi Kalimantan Utara. Sebuah kecamatan yang sebentar lagi segera naik kelas
Antara Australia dan Jepang
Tarakan adalah tragedi bagi Australia, kenang Paul Stanley dalam bukunya. Hidup dua ratus anak muda Australia berakhir di ladang darah ini pada penghujung Perang Dunia II. Walaupun pertempuran balas dendam tersebut dimenangkan oleh sekutu, harga yang harus dibayar dinilai tidak
Kuburan Jepang di Tarakan
Anak perempuan kecil itu berteriak-teriak memanggil ayahnya. Seorang pria berkumis duduk menyesap kretek menyuruh anak itu diam. Saya berjalan mendekatinya. Pria itu terperanjat melihat kehadiran saya hingga rokoknya nyaris tertelan, dan anak perempuan tadi tertawa terbahak-bahak, “Tuh kan! Dibilangin nggak
Selamat Idul Adha 1436 H!
Tiga tahun yang lampau, Awhy mengambil foto saya di hadapan Masjid Al-Munawwaroh. Ternate adalah sebuah kota kecil namun ramai di Maluku Utara yang pernah kaya raya karena rempah-rempahnya. Saat itu saya seorang diri melakukan penjelajahan dari pulau ke pulau di
Hutan di Jantung Kota
Monyet itu nampak asyik duduk di emperan toko tanpa mempedulikan sekitarnya. Segeralah si penjaga toko keluar dan mengusirnya dengan sebatang sapu ijuk. Sebuah pemandangan absurd yang barangkali hanya ada di Tarakan. Pasalnya di tengah-tengah kota Tarakan terdapat hutan lindung. Sesekali
Tarakan, Pintu Masuk Jepang
Asap membumbung tinggi ketika kilang-kilang minyak dibakar. Sedemikian dahsyatnya pembakaran itu hingga Pulau Tarakan nampak menyala di kegelapan malam. Selaksa serdadu Belanda dikonsentrasikan di pesisir barat, tepatnya Juwata. Malam itu pasukan Simon de Waal bersiap-siap menghadang gempuran armada danawa Kekaisaran
Terlantarnya Fort Speelwijk
“Sebenarnya ada investor mau masuk, tapi kami tolak. Kami takut dijajah lagi,” kata seorang bapak tua yang duduk di tangga benteng sambil menghisap kreteknya. Benteng Speelwijk seperti kandang kambing. Kotoran kambing berserakan di mana-mana, rumputnya tinggi tidak terawat, dan bagian