Angkasa sempat muram. Namun entah mengapa mendung mendadak tersibak, seakan memberi kesempatan kepada kami untuk menyimak nyala-nyala terakhir senja. Di bawah segumpal awan hitam, matahari mengintip, membelah langit menjadi dua warna dominan, biru dan jingga. “Berdirilah di sebelah sana,” ucap
Month: July 2016
Menutup Hari yang Panjang
Barang telah dikemas. Kaos basah sudah dilepas, kemudian direntang. Seonggok mega mendung berarak ringan di rendahan langit Papua Barat seakan tidak berdaya melindungi Raja Ampat dari ganasnya matahari. Kedua telapak kaki ini serasa sudah melepuh sedari tadi menapaki hamparan pasir
Surga Atas, Surga Bawah
Saya duduk diam di atas karang. Dari atas bebatuan, perairan Raja Ampat yang tembus pandang menghamparkan pemandangan indah di depan wajah. Seekor bintang laut berwarna biru elektrik menyala nampak bersandar di atas terumbu karang kecoklatan, diam tidak bergerak dari saputan
Di Dalam Laut Raja Ampat
Sebilas air garam masuk ke hidung. Perih. Saya masih berusaha beradaptasi dengan pandangan bawah air. Ayunan gelombang lembut dan air dengan salinitas pekat membuat pemandangan di hadap lensa kacamata menjadi meliuk-liuk aneh. Serba salah. Mau dilepas khawatir tidak sanggup melihat
Bawah Air Teluk Kabui
Kapal bergoyang pelan, kemudian mepet di salah satu dinding karang. Diam. Di bawah sana saya bisa melihat air jernih nyaris tembus pandang dengan segala renik-renik kehidupan lautnya. Meskipun sama-sama terdapat di perairan Pulau Waigeo, Teluk Kabui lebih gampang dijangkau melalui
Di Sela Karang Teluk Kabui
Karang-karang terjal berserak di perairannya. Pak Inyong mencekik pemicu kapal motor, disusul suara merepet, kemudian kapal berhenti dan terombang-ambing malas di sela-sela karang. Entah berapa puluh pulau-pulau karang tersebar mengurung kami tidak jauh dari perairan Waigeo. “Ini namanya Teluk Kabui,”
Terdampar di Pulau Kosong
Empat atau lima butir kelapa diserak di atas pasir putih. Dengan sigap, Pak Odigenes mengambil sebilah golok dan mengupas kelapa itu satu per satu. Saya hanya mengamati sambil duduk ketika tangan-tangan legam itu dengan lihai membantai batok-batok kelapa yang masih
Santap Ikan Tangkap Sendiri
Pada mulanya saya kira mereka bercanda. Sepasang suami istri itu menunjukkan kepada diri saya bagaimana mereka menangkap ikan dengan mudah. Hanya dengan melempar jaring kecil, seekor ikan besar seukuran lengan dijerat dengan mudah, kemudian disimpan di kolom yang terletak di
Sunyi Senyap Raja Ampat
Ribuan tahun manusia mendiami perairan ini. Namun mereka nyaris tiada jejak selain gurat-gurat stempel telapak tangan pada permukaan dinding-dinding karang. Selebihnya adalah lautan liar dengan gugus-gugus kepulauan kecil yang mencuat dari permukaannya. Terbanyang beberapa ratus abad silam ketika manusia prasejarah
Perairan Bening Raja Ampat
Perih. Saya menatap lekat-lekat kedua lengan yang memerah legam. Siraman matahari bagaikan jerangan di atas hot plate. Dan ini baru hari kedua saya berada di Raja Ampat. Di cekungan teluk ini, kami menyandarkan perahu lapuk yang sedari pagi menemani perjalanan