Remah-Remah Perang Dunia II

“Ya, semua ini sa ambil dari dalam gua sana,” sahut si ibu dengan nada tidak antusias. Rupanya saya salah bertanya kepada orang kampung ihwal dari mana datangnya selongsong-selongsong artileri berkarat yang terserak berai di kampung mereka.

Pemerintah Biak membangunkan sebuah open-air museum untuk menampung barang-barang peninggalan perang milik Jepang dan Amerika. Mulai dari meriam, jip tempur, hingga botol bir. Melihatnya saja sudah terasa nuansa kengerian bercampur horor di udara tentang bagaimana perang pernah menyapu bersih pulau ini, menandai transisi dua kekuatan besar.

“Biarkan mereka mendarat di sini,” demikianlah ucapan Kolonel Kuzume Naoyuki ketika mendengar bahwa Biak adalah tujuan penyerbuan tentara Amerika berikutnya. Sang kolonel paham bahwa menahan pendaratan itu adalah sia-sia, sebaliknya dia menyiapkan perangkap untuk menjebak armada danawa Amerika Serikat yang berusaha mengambilalih pulau tersebut.

Jebakan demi jebakan yang ditempatkan oleh tentara Jepang merengut banyak nyawa tentara Amerika, namun pertempuran tidak berakhir sampai di situ. Armada Amerika yang bersenjata lebih lengkap memberikan perlawanan yang tidak mampu dibendung tentara Jepang.

Pertempuran tidak terelakkan. Tentara Amerika Serikat berhasil memukul mundur tentara Jepang meskipun korban berjatuhan di kedua belah pihak. Jenderal Douglas MacArthur percaya bahwa Biak merupakan pos terpenting yang harus dikuasai agar Amerika leluasan untuk menggerakkan penyerbuan udara terhadap Filipina.

Tiga bulan lamanya pertempuran berlangsung di Pulau Biak. Layaknya sebuah epik histori, Kolonel Kuzume Naoyuki membakar bendera korps di hadapan para anak buahnya menjelang pertempuran terakhir. Perang sampai mati. Di tengah kecamuk peluru dan napas-napas terakhir tentara Jepang, sang kolonel mengambil katana dan membelah perutnya sendiri, seppuku, untuk menunjukkan kepada seluruh anak buahnya bahwa dia tidak takut mati.

Kemenangan berdarah yang dialami Amerika Serikat mengalihkan Pulau Biak ke kubu sekutu. Ini merupakan kemenangan yang di kemudian hari menjadi penentu teater Perang Pasifik, yang mana Amerika Serikat berhasil menguasai pertahanan utama Jepang di Filipina dan mengakhiri Perang Dunia II beberapa saat kemudian.