Aktivitas paling populer di restoran ini selain makan adalah people watching, alias mengamati manusia-manusia lalu lalang di sepanjang jalan masuk kawasan Kota Tua Jakarta. Setelah tuntas menyusuri sudut-sudut Kota Tua, tibalah saatnya Untsa dan saya beristirahat di restoran ini, sekedar
Kota Jakarta Barat
Pameran Lukisan di Kota Tua
Entah bagaimana ceritanya Untsa dan saya tersasar ke sini. Pada mulanya sih kami hanya akan mengunjungi museum-museum saja tetapi malah masuk ke sebuah pameran lukisan di Kota Tua. Bukan soal itu, tetapi harga tiketnya yang lumayan mahal seharusnya membuat kami
Gema Lapangan Fatahillah
Lapangan Fatahillah adalah altar Geger Pacinan. Kerusuhan Chinezenmoord tahun 1740 menewaskan puluhan ribu orang Tionghoa membanjiri dataran ini dengan darah. Orang-orang Tionghoa ditangkap oleh pemerintah kolonial Belanda, diikat di tanah lapang ini, kemudian sang gubernur memerintahkan eksekusi mati dari jendela
Para Nyonya di Kali Besar
Teruntuk masyarakat pribumi, kehidupan di sebalik tembok Kota Batavia adalah misteri. Kali Besar yang sebenarnya tidak begitu besar seakan menjadi pembatas yang sulit sekali dilewati. Di balik sana ada kehidupan masyarakat Eropa yang sama sekali berbeda dengan hidup yang mereka
Tragedi Berdarah Toko Merah
Pemandangan yang agak kurang lumrah adalah ketika pintu merah marun itu dibuka lebar-lebar. Entah sudah berapa ratus kali saya melintasi bangunan bersejarah ini namun pemandangannya senantiasa sama, dua daun pintu yang tertutup rapat dan jendela yang terpatri pada gagangnya. Pagi
Petak Sembilan Tepi Glodok
Ada yang bilang bahwa namanya adalah onomatopoeia dari suara kincir air. Lantaran dahulu kala di tempat ini terdapat banyak sekali kincir air yang suaranya grojok-grojok, orang pun kemudian memelesetkan namanya menjadi Glodok. Dan demikianlah semenjak tembok Kota Batavia dibangun, Glodok
Jin De Yuan, Petak Sembilan
“Klenteng? Di sini banyak sekali klenteng!” kata juru parkir yang membuat kami semakin bingung. Tentu adalah kesalahan kami yang kurang memperhitungkan bahwa jumlah klenteng pasti lusinan. Siang itu, Untsa dan saya berjalan kaki menyusuri sudut-sudut Pecinan Jakarta untuk menemukan remah-remah
Berbudaya di Museum Wayang
Sebenarnya di lembar-lembar kisah bangsa-bangsa selalu ada wayang. Memori saya terngiang jauh ketika masih berada di Munich pada musim dingin setahun silam. Kala itu saya menyaksikan sebuah pagelaran boneka dari seluruh dunia dalam aneka bentuk dan coraknya. Dari Indonesia? Wayang.
Museum Bank Indonesia Juara!
Tidak selazimnya museum di Indonesia bisa memenangkan Trip Advisor Traveler’s Awards. Tetapi Museum Bank Indonesia adalah si perkecualian. Museum yang terletak di simpang jalan menuju Kota Tua tersebut menjadi museum terfavorit pilihan pemirsa situs kawakan, TripAdvisor. Ketika pertama kali mengunjungi
Memori Museum Bank Mandiri
Memasuki gerbang Museum Bank Mandiri ibarat tersedot pusaran mesin waktu. Dinding-dinding kusam bernuansa sefia mengurung saya dari segala sisi, membawa saya jauh ke masa lalu, masuk ruang waktu kolonialis. Cahaya matahari semenjana menerobos masuk dari jendela-jendela kayu lapuknya, memberi warna