“Kalau Metro enak, masih banyak pohonnya,” celetuk Pak Alex yang menyopiri mobil kami dari Sukadana menuju ke Metro, “Setidaknya di sini belum seruwet Bandar Lampung. Tapi kalau dibiarkan sih sebentar lagi juga bakal kaya gitu.” Nama Metro sendiri sebenarnya cukup
Lampung
Ujung Jejak Gajah Sumatera
Dahulu kawasan timur Lampung adalah hutan lebat. Namun kini sebagian telah rusak, setengahnya menjadi semak belukar dan setengahnya lagi menjadi sawah ladang. Semak belukar adalah ulah para gajah Sumatera yang gemar merubuhkan pepohonan dan menghabiskan pohon-pohon kecil hingga mereka sulit
Bersama Sang Nenek Gajah
Namanya Katijah. Dia adalah anggota dari generasi pertama para gajah di Taman Nasional Way Kambas ketika kawasan konservasi ini pertama kali dibuka oleh pemerintah pada medio 1980-an. Sebagai penghuni tertua di taman nasional tertua milik Indonesia, tentu saja ada prestise
Para Penghuni Way Kambas
Rerumputan tinggi yang saya pijak ternyata amblas. Maka hancurlah sepatu saya terbenam di dalam lapisan lumpur. Bukan sekali dua kali saja, tetapi berkali-kali. Nampaknya kawasan terbuka Taman Nasional Way Kambas yang berlapis semak-semak ini tidak sedatar dan setegar yang saya
Way Kambas yang Meredup
“Oh, lagi nggak ada pertunjukan,” kata Pak Tugiyo yang kami temui di depan loket arena pertunjukan di Way Kambas. Wajahnya hanya terlihat nyengir kecil ketika saya menanyakan apakah ada pertunjukan yang bisa kami saksikan di sana. “Tetapi saya boleh masuk?”
Menjelajahi Pugung Raharjo
Taman Purbakala Pugung Raharjo sudah barang tentu bukan lokasi yang kardinal. Jangankan Indonesia, di dalam peta pariwisata Lampung pun tempat ini nyaris tidak pernah muncul. Adapun ketenaran Pugung Raharjo sedikit banyak terangkat lantaran kedekatan lokasinya dengan Kota Bandar Lampung dan
Jejak Purba Pugung Raharjo
Mata saya mencoba memindai gambar-gambar satelit yang saya dapatkan dari internet. Perjalanan dari Bandar Lampung menuju ke Way Kambas sudah barang tentu melewati tempat-tempat menarik. Hanya perlu sedikit kejelian saja untuk menemukan tempat-tempat agak tersembunyi itu. Maka benarlah, pindaian saya
Pagi-Pagi Lewat Kebun Karet
Perjalanan pangkas rute dari Bandar Lampung ke Way Kambas mengantarkan kami ke barisan perkebunan karet di sepanjang jalan, tetumbuhan pohon yang berdiri rapat-rapat berbaris rapi di sepanjang jalur perbatasan antara Lampung Selatan dan Lampung Timur. Sesekali di sela-sela pepohonan di
Makam Pahlawan di Lampung
Mobil yang bermasalah membuat kami terdampar di sini. Tepat di sisi sebuah taman makam pahlawan, yang jika tidak salah juga merupakan peristirahatan terakhir Radin Inten II. Insting pejalan satu kelompok besar ini langsung membawa kami menjelajah dan berfoto-foto, aneh memang
Ombak Liar Selat Sunda
“Matilah kita,” demikian pikir saya seraya menggenggam kamera erat-erat ketika gelombang setinggi dua meter menghantam dinding kiri perahu kayu yang kami tumpangi. Perahu mungil itu oleng ke kanan kemudian terhempas balik ke kiri nyaris menumpahkan seluruh isinya ke lautan lepas