Rumah yang lowong ini seakan tak lekang dimakan waktu. Adalah Renato Zangrandi, pengusaha Italia yang membuka kedai ini sekiranya seratus tahun lewat. Zangrandi melihat peluang bisnis es krim dari tumbuhnya komunitas orang Eropa di Surabaya.
Dalam perkembangannya, Zangrandi’s Ijspaleis ini menjadi tempat berkumpulnya para sosialitas Belanda, terutama para nona-nona yang hobi ngerumpi. Selain karena citarasa es krimnya yang khas Eropa, lokasinya juga sangat strategis, berseberangan dengan Simpangsche Societiet yang merupakan tempat pesta dan konser musik bagi kaum kelas atas Belanda.
Alih-alih mempunyai tekstur lembut sepert es krim modern, es krim Zangrandi memiliki tekstur kasar karena sangat sedikit mengandung susu. Rasa es krimnya pun terasa lebih keras daripada lazimnya es krim yang banyak dijual di kedai-kedai modern.
Siang itu saya bersama Shena menyempatkan diri untuk mampir di Es Krim Zangrandi sesudah mengisi acara seminar di sebuah hotel di Surabaya. Entah es krim jenis apa yang saya pesan, saya sudah lupa, yang jelas kedai ini punya setup ruang makan yang seakan-akan membawa saya ke masa lampau.