Memoar dari Tugu Pahlawan

Tujuh tahun paska ribut-ribut besar di Surabaya, monumen ini dibangun di jantung kota. Dalam catatannya, Abdullah Idrus menyindir aksi-aksi liar memabukkan para pemuda Surabaya sebagai atraksi barbarisme. Sang pujangga Minang mengungkapkan bahwa apa yang terjadi di Surabaya pada waktu itu tidaklah lebih dari para preman yang bertindak brutal dan liar membabi buta di seantero kota. Namun sejarah bangsa ini pun memandanganya dengan cara lain, Sepuluh November adalah bagian dari romantisasi sejarah terbentuknya republik.

Demikianlah Tugu Pahlawan kemudian dibangun di jantung Surabaya, berdiri tegak berbentuk layaknya lingga atau boleh juga dipandang sebagai paku terbalik. Pada bagian tubuhnya terdapat sepuluh lengkungan dan sebelas ruas, yang melambangkan tarikh peristiwa besar tersebut.

Tugu Pahlawan berdiri di atas lahan seluas 1,4 hektar, lengkap dengan lapangan, kebun bunga, dan museum di kompleksnya. Salah satu pajangan yang paling populer di tempat ini adalah mobil Bung Tomo yang diparkirkan di salah satu sudutnya. Pada hadapan tugu terdapat sebuah diorama yang didedikasikan kepada para pahlawan tak dikenal yang telah gugur dalam membantu perjuangan rakyat Surabaya melawan tentara sekutu yang mendarat di Jawa.

Setiap tahun kompleks ini menyelenggarakan aksi teatrikal yang menggambarkan aksi perjuangan arek-arek Suroboyo di dalam menghadapi gempuran pihak sekutu. Selebihnya tugu ini nampak sepi lantaran tidak banyak orang yang mengunjunginya untuk sekedar berwisata maupun belajar sejarah.

Fitri menguntit langkah saya berjalan menyusuri tepian lapangan. Saya berusaha untuk mengambil gambar tugu dari berbagai sudut di bawah panasnya siang hari yang keterlaluan ini. Fitri mengisyaratkan bahwa saya harus mengambil gambar di hadapan patung duet proklamator yang ada di depan kolom-kolom batu di sisi tugu ini.

Lorong masuk ke museum itu nampak muram dan sunyi, namun setidaknya di sini terasa jauh lebih dingin daripada di luar sana. Saya berjalan masuk ke museum sementara Fitri masih mengikuti dari belakang.