Tidak terlihat seorang pun di sana. Hanya sebaris bambu yang menjulang rapat-rapat memapas berkas cahaya matahari yang masuk dari sela-selanya. Tanah yang masih lembab karena hujan semalam mengantarkan Rudy dan saya menuju ke sebidang tanah yang ditumbuhi oleh pohon dengan batang penuh tambalan mirip celana jins retro.
Pohon tarra, demikian orang Toraja menyebutnya, adalah pohon dengan lebar batang nyaris satu meter yang dilubangi sekepalan tangan orang dewasa. Mayat-mayat bayi dijejalkan ke rongga pohon tersebut untuk kemudian ditambal dengan berlapis ijuk. Mereka menyebutnya kuburan untuk jiwa-jiwa yang masih suci ini sebagai pasiliran. Entah selusin atau dua lusin pasiliran dapat ditemukan di dalam satu batang pohon tarra.
Teruntuk orang Toraja, utamanya penganut aliran kepercayaan Aluk Tudolo, bayi adalah sosok yang masih suci. Apabila mereka meninggal sebelum tumbuh gigi maka mereka akan dikuburkan di pohon sebagai simbolisasi kembalinya bayi-bayi tersebut ke dalam rahim ibunya.
Mayat-mayat bayi tidak dibungkus dengan kain melainkan dijejalkan begitu saja ke dalam batang pohon dan lambat laun pohon tersebut akan ‘memakannya’ hingga sang jazad menyatu dengan badan pohon, persis menandai kembalinya sang bayi kepada kehidupan yang lain.
“Kambira hanyalah salah satu saja,” terang seorang nenek tua yang baru saja tiba untuk menagih kami biaya karcis masuk, “Sebenarnya ada banyak pohon-pohon seperti ini di dalam hutan Toraja sana. Ya tetapi kalian harus mencarinya sendiri.”
Kambira telah uzur. Usianya sudah terlampau tua untuk menerima penghuni-penghuni baru yang ingin menyatukan tubuh-tubuh suci ke dalam badannya yang renta. Namun yang jelas Kambira tidak terlupakan, sesekali para pejalan jauh menyinggahi tempat ini, baik yang ingin mendalami budaya Toraja maupun yang hanya ingin sekedar berfoto.
Rudy dan saya lama termenung di hadapan pohon ini. Nampak beberapa ijuk yang menempel di batang ini sudah terkelupas, mungkin lapuk dimakan waktu. Terbayang beberapa puluh jazad bayi sudah dilesakkan di dalam batang pohon tarra menyatu dengannya. Matahari yang sudah agak rendah di barat mengisyaratkan kami untuk segera bergegas. Perjalanan masih panjang.