Seperti apakah kota terakhir itu? Siapa yang tidak penasaran, tatkala cerita miris Pulau Sebatik terus didengung-dengungkan oleh media Jakarta, tidak banyak orang yang benar-benar pernah melihat realitanya. Dan sesaat lagi saya akan tiba di Sei Nyamuk, kota prinsipal di Pulau Sebatik yang terletak selemparan batu dari perbatasan Malaysia.
“Ini Sei Nyamuk, pusat Pulau Sebatik,” terang Yusuf ketika aspal mulus yang membawa saya dari Mantikas berubah dari dua ruas menjadi empat ruas dengan pembatas jalan di tengah-tengah ruasnya. Singkat cerita, kami sudah masuk ke kota yang menurut cerita sangat tertinggal itu.
Tidak. Sei Nyamuk tidak tertinggal. Salah besar apabila kita mengira bahwa Pulau Sebatik adalah tanah pedalaman yang jauh dari sentuhan pembangunan. Di kota kecil ini sudah terdapat barisan rumah makan, penginapan, bank, stasiun pompa bensin, bahkan karaoke!
“Kalau mau jujur, Sebatik Indonesia itu lebih maju daripada Sebatik Malaysia, karena di seberang Malaysia sana cuma ada desa-desa kecil,” terang Yusuf sembari membuka jendela dan menyulut rokoknya, “Tetapi media membandingkan Sebatik dengan Kota Tawau di seberang laut Malaysia sana. Tentu kalau dibandingkan Tawau, Sebatik kalah jauh.”
Di Pulau Sebatik, Indonesia lebih maju daripada Malaysia. Itu benar. Di sisi Malaysia yang hanya dipisahkan oleh sebuah parit kecil tidak terlihat banyak aktivitas. Penduduk Malaysia tinggal di kampung-kampung nelayan yang rata-rata rumahnya berdinding kayu. Hanya saja, mereka punya akses mudah untuk menuju Tawau, sebuah kota modern yang dapat dijangkau dalam dua puluh menit saja dengan kapal kecil dari wilayah Sebatik Malaysia.
Sebaliknya, dari Sebatik Indonesia untuk bisa mencapai kota yang cukup besar seperti Tarakan dan Bontang butuh waktu berjam-jam, bahkan untuk Kalimantan Timur bisa sehari penuh!
“Ya, akibatnya mau tidak mau kami bergantung ke Tawau,” terang Yusuf lagi, “Meskipun Sebatik Indonesia lebih maju daripada Sebatik Malaysia, tetapi untuk kebutuhan logistik yang kita tidak bisa penuhi di pulau ini, ya pasti cari ke Tawau. Karena kalau ke Tarakan jauh sekali, Mas.”
Selangkah lagi Sebatik akan menjadi sebuah kota. Setidaknya demikianlah komitmen dari jajaran anggota dewan dan pemerintah. Artinya Sebatik akan lompat dari sebuah kecamatan, langsung menjadi sebuah kota. Tentu besar harapan penduduk Sei Nyamuk perubahan ini akan membawa mereka menuju kecukupan, tanpa harus bergantung lagi kepada Tawau di negeri seberang.