Lima tahun semenjak terakhir kali saya menjejakkan kaki di Kota Gorontalo. Sudut-sudut yang dulunya dipenuhi dengan debu kecoklatan melayang-layang di udara gara-gara sambaran bentor yang lalu lalang kini telah banyak berubah. Tepian jalan raya sudah ditegel dengan paving dan trotoar sedikit banyak menahan debu berterbangan.
Pemandangan yang dahulu kala didominasi bentor hingga saat ini masih belum berubah, hanya saja jumlah truk-truk kontainer berukuran raksasa kini terlihat semakin sering lalu lalang di tepian kota. Gorontalo sudah semakin ramai, berusaha menancapkan pengaruhnya sebagai sebuah ibu kota provinsi yang berusia belia.
Taman Kota Gorontalo juga sudah banyak berubah. Dahulu kala Patung Nani Wartabone berdiri di tengah kota dengan dikelilingi kolam lusuh yang airnya tinggal sejengkal saja sementara di kanan kirinya penuh dengan lumut menghijau. Namun sekarang taman ini sudah diperbaiki, ditata ulang dengan prasasti, ruang terbuka hijau, dan huruf-huruf ikonik.
Gorontalo bisa jadi tidak bergerak cukup cepat lantaran kota ini masih mencari jati dirinya, namun secara umum pertumbuhan kota ini sudah sangat diapresiasi. Hotel-hotel berbintang yang dulunya sulit ditemukan di kota ini, kini menjamur di beberapa bagian kota. Bahkan pada kunjungan saya kemarin terlihat ada dua gedung tinggi yang sedang dalam proses pembangunan.
Danau Limboto sendiri juga sudah banyak bersolek, meskipun pendangkalan sepertinya masih menjadi isu utama. Kini di sisi kanan kiri danau terdapat resort yang tertata rapi dengan segala ornamen.
“Gorontalo sebenarnya sedang ada banyak proyek,” ungkap Pak Hasan yang nongkrong bersama saya di ruang makan Hotel Amaris sore itu, “Salah satu yang paling saya tunggu-tunggu adalah Gorontalo Outer Ring Road yang dibangun sejak 2015, jalan itu akan menyambungkan bagian terluar kota ini sejauh tiga puluh kilometer.”
Kota Gorontalo memang masih jauh dari kata maju, dibandingkan ibukota-ibukota lain di Sulawesi selain Mamuju, Gorontalo boleh dibilang masih agak tertinggal karena usianya juga masih amat muda. Namun dengan kecepatan pembangunan saat ini, saya yakin ketika saya kembali ke sini lagi entah lima atau sepuluh tahun lagi, pasti banyak yang sudah berubah.