Aroma benzena melayang-layang setinggi hidung. Awhy dan saya termangu di tepi pantai mengamati pemandangan aneh yang terpampang di hadapan kami. Sebuah kapal tanker besar bersandar miring di dangkalan laut, setengah lambungnya terbenam di bawah kubangan air laut, menumpahkan bau menyengat ke mana-mana.
“Itu kapal Pertamina, nakhodanya orang Tobelo,” gerutu seorang bapak tua berkepala botak yang duduk di sebelah kami siang itu, “Orang itu tidak pernah berhati-hati bawa kapal. Akhirnya karam juga kapal dia.”
Entah mengapa status orang Tobelo begitu ditekankan di sini. Barangkali ada sentimen pribadi antara bapak tersebut dengan orang Tobelo atau sekedar kata keterangan kosong belaka. Tobelo adalah sebuah daerah di Pulau Halmahera yang sempat tenar pada medio 1990-an lantaran menjadi episenter konflik religi.
Awhy mengajak saya untuk melanjutkan perjalanan, menggeber sepeda motornya berputar pulau. Sementara mata saya masih menatap ke kapal tanker yang karam itu. Katanya bensin di kapal kepunyaan Pertamina tersebut sudah habis diambili oleh penduduk lokal Ternate. Ah, seharusnya itu bukan urusan saya. Bukan begitu?