Buaya Putih Danau Tolire

Bukan. Bukan saya buaya yang dimaksud. Menurut legenda urban Ternate, Danau Tolire yang terletak di kaki Gunung Gamalama dijaga oleh seekor buaya putih. Konon buaya putih tersebut kerap menampakkan dirinya. Mengenai benar tidaknya cerita ini, saya kurang tahu lantaran pada waktu saya singgah di Danau Tolire, saya tidak berkesempatan melihat sang buaya.

Danau Tolire berwujud seperti mangkuk raksasa di dasar Gunung Gamalama. Bibir danau tidak landai melainkan berbentuk tebing terjal, yang artinya salah melangkah kita bisa-bisa kejeblos langsung ke kubangan danau yang berisikan air hijau toska yang tenang namun terkesan muram.

Siang ini Awhy mengajak saya menikmati keanggunan Danau Tolire dari atas. Perjalanan melintasi tanjakan tanah yang berlumpur membuat Awhy harus bekerja keras menggeber sepeda motornya. Namun tidak butuh waktu lama bagi kami untuk mencapai tinggian Gunung Gamalama yang menjadi tempat penglihatan bagi Danau Tolire.

Keberadaan buaya di danau ini sudah dikonfirmasi banyak orang, terkait apakah warnanya putih atau tidak, saya kurang yakin. Namun yang jelas itu menjadi salah satu alasan mengapa tidak terlihat seorang pun yang berani berenang di danau berair tenang ini. Konon buaya yang mendiami danau ini jumlahnya bukan hanya sehitungan jari tangan, melainkan puluhan.

Selain legenda urban ihwal buaya putih yang menguasai danau ini, Danau Tolire juga mengenal mitos bahwa orang tidak akan berhasil melemparkan batu dari tempat ini ke permukaan airnya. Sayangnya Awhy baru menceritakan mitos ini sesudah kami berdua berjalan turun sehingga saya tidak sempat mencobanya.

Luasannya tidak terlalu besar namun tepiannya yang curam dan nuansanya yang muram membuat Danau Tolire mempunyai keunikan tersendiri, terlebih dengan berbagai macam spesies burung yang mendiami hutan di sekelilingnya.