Menyambut Mentari di Buol

Berawal dari rombongan sepeda motor dari arah berlawanan yang memberi sinyal akan adanya razia polisi di depan sana, sopir yang sedari tadi santai mengendarai mobil travel kami pun menghentikan kendaraan di tepi jalan. Kendaraan yang semalaman membawa kami dari Gorontalo menuju ke Tolitoli ini harus berhenti di satu tempat yang tidak punya alasan untuk saya tolak : tebing menghadap laut.

Kami baru saja meninggalkan Kabupaten Buol, memasuki Kabupaten Tolitoli. Dari atas sini hamparan laut lepas terlihat seakan tidak berbatas. Sementara ini beberapa gugus karang menghiasi dangkalan lautnya bak butiran permata di atas cawan.

“Sudah, kita berhenti di sini dulu,” ucap Pak Sopir sembari duduk di salah satu bangku kayu yang terdapat di tepi tebing, “Kita tunggu agak siang dulu sampai razia polisi selesai, baru kita lanjutkan perjalanan.”

Saya sih yakin saja bapak sopir tidak membawa surat-surat kelengkapan perjalanan, tetapi tidak ada rasa kesal sama sekali lantaran saya berkesempatan untuk singgah di tepi tebing yang cantik ini. Angin pagi berhembus pelan dari sela-sela pepohonan, berdesir lirih seakan memanggil-manggil saya untuk segera beranjak ke tanah yang ada di seberang teluk sana, Tolitoli.