Kekayaan dari Alur Sungai

Satu dua tongkang batu bara melintas masuk lewat sela-sela Jembatan Siak. Sungai terdalam di Indonesia inilah yang menjadi urat nadi, arus lalu lintas bagi segala komoditas yang keluar masuk Riau, yang mana Siak Sri Indrapura menjadi pintu gerbangnya.

Tidak mengherankan apabila daerah ini begitu kaya. Minyak di atas minyak di bawah, demikian celetukan seorang pekerja tambang yang menemani saya duduk di tepi dermaga siang itu. Ketika minyak bumi tidak henti-hentinya mengalir dari dalam tanahnya, minyak sawit terus diproduksi dari atas tanahnya. Sebuah kombinasi sempurna penggerak roda perekonomian wilayah ini.

“Siak adalah kabupaten terkaya keempat di Indonesia,” usap Pak Andri seraya menghisap rokok yang seakan tidak habis-habis, “Penduduknya sedikit, rakyatnya makmur, pembangunan banyak di segala sektor. Yang kurang cuma Sumber Daya Manusia yang bener.”

Entah apa maksudnya. Namun sejauh mata memandang, demikianlah Siak. Bertaburan bangunan megah dengan segala kemewahan di sana-sini. Mulai dari gedung parlemen, masjid raya, hingga jembatan berukuran fantastis di setiap sudutnya. Meskipun jujur saja, semakin ke pedalaman rasa kesenjangan semakin kental. Seakan kekayaan daerah ini tidak menyentuh pelosoknya.

“Kalau agak masuk ke pelosok kabupaten sana, masih banyak yang belum punya jaringan listrik. Yang di sini dibangun terus sementara di sana listrik saja belum ada,” pungkas Pak Andri.