Berburu Rafflesia di Bengkulu

Rafflesia Mekar. Sebaris tulisan corat-coret merah di spanduk kumal yang terpancang di tepi jalan lintas Kepahiang mengalihkan perhatian kami. Pak Yono menepikan mobil ke bahu jalan yang berlumpur. Saya melompat turun dan menyapa seorang bapak tua yang berdiri di bawah tenda yang ada di tepi jalan besar itu, senyumnya merekah lebar.

“Baru mekar kemarin,” seru bapak itu gembira menyambut kami, “Ayo sini. Turun sini.”

Berjalanlah kami bertiga menuruni lereng bukit yang curam dengan lumpur basah di mana-mana. Saya berpegang erat pada sebilah tongkat kayu sementara Pak Yono dan Cindy mengikuti dari belakang. Nampaknya hujan deras semalam suntuk membuat lintasan memasuki kawasan cagar alam ini menjadi begitu licin.

“Yang itu,” celetuk bapak tadi sembari menunjuk ke arah onggokan hitam seperti bekas arang di simpang jalan setapak, “Sisa-sisa dari Rafflesia yang sebelumnya. Itu kalau sudah layu dia akan menghitam seperti itu.”

Baru tuntas omongannya itu saya melihat sekelebat benda berwarna merah terang di kejauhan. Benda sebesar kuali yang berwarna merah menyala terlihat begitu kontras di sela-sela dedaunan hijau, itulah bunga Rafflesia arnoldii yang disebut-sebut baru mekar kemarin sore. Memang. Belum sempurna ia mekar, namun warna merah dan kuning menyala yang begitu terang ini sudah cukup membuat kami puas.

Saya langsung berjongkok di hadapan kembang terbesar di dunia ini, mengamati permukaannya yang berbintik-bintik putih. Pada sentralnya terdapat sebuah kelopak sebesar bola sepak berwarna kuning menyala dengan duri-duri di dalamnya. Begitu memukau.

Ini adalah kunjungan kali ketiga ke Bengkulu, namun baru kali inilah saya berkesempatan untuk menjumpai sang legenda dan menatapnya dengan mata kepala sendiri. Keberhasilan saya ini tentu saja tidak terlepas dari obrolan rutin dengan para dedengkot Komunitas Peduli Puspa Langka yang memang sangat getol memberikan berita terakhir ihwal mekarnya bunga ini.

Saya berdiri rapat di sisinya. Baunya hanya samar-samar. Tidak. Tidak seperti yang digaung-gaungkan orang perihal baunya yang menyengat, Rafflesia arnoldii tidak lebih bau daripada kaos kaki bekas.