Ibu tua itu menaruh semuanya di dalam ember kayu. Sekitar dua lusin udang raksasa bercangkang merah jingga nampak menggeliat di cekungnya, berdesak-desakan berebut celah. Entah binatang apa itu, seperti persilangan antara udang dan kalajengking, saya hanya berdiri mengamati seraya melemparkan
Kab Kepulauan Meranti
Bakmi Sagu Selatpanjang
“Mau ke Batu Pahat, Malaysia?” tanya si ibu penjual di warung kecil yang terlihat miring seakan-akan hendak rubuh itu. Saya menggelengkan kepala sembari tersenyum simpul. “Tidak, Bu. Saya sengaja ke sini untuk melihat Selatpanjang,” jawab saya singkat. “Aneh. Baru kali
Sepanjang Tepi Selatpanjang
Hembusan angin laut menemani sesap-sesap secangkir kopi. Pahit. Aroma kopi urung tercium lantaran pawana laut terus bertiup, mengenyak setiap partikelnya ke udara bebas. Sesekali justru bau ikan menghampiri, barangkali dari dermaga di seberang sana. Selatpanjang pada senja itu begitu asing,
Selatpanjang, Tiongkok Kecil
Ditilik dari bangunan-bangunan tuanya di sisi kanan kiri jalan, saya yakin tempat ini punya sejarah panjang. Tidak salah. Pada masa Kesultanan Siak Sri Indrapura, Selatpanjang adalah bandar yang sangat hidup. Bersama kota-kota pesisir tanah Riau macam Bengkalis dan Bagansiapiapi, kota