Benteng Orange yang Terlupa

Opa Gani menunduk menyentuh tepian dinding benteng ketika saya berkomentar tentang batu-batunya. Benteng Oranye, atau masyarakat Gorontalo lebih suka menulisnya dengan ejaan Benteng Orange, adalah salah satu dari beberapa benteng yang ada di Gorontalo. Meskipun tidak setenar Fort Otanaha, namun nama Fort Orantje cukup memikat perhatian saya untuk berkendara satu jam dari Kota Gorontalo mencapai kawasan utara ini.

Benteng ini dibangun pelayar Portugis namun kemudian segala kelengkapan dan keangkuhannya didesain oleh Belanda. Benteng yang terletak di atas sebuah bukit yang tepat menghadap ke lautan ini bertahan selama lima ratus tahun dan mengalami tiga kali pemugaran oleh pemerintah provinsi, baik Sulawesi Utara maupun Gorontalo.

La Gani, nama asli Opa Gani, berasal dari Buton. Lima puluh tahun silam, beliau meninggalkan tanah kelahirannya di Sulawesi Tenggara untuk mencari penghidupan di Sulawesi Utara. Namun ternyata nasib baik tidak kunjung datang hingga akhirnya beliau terpaksa menjadi tentara Permesta, garda pemberontak republik di bawah pimpinan Letnal Kolonel Ventje Sumual.

Menurut Opa Gani, beliau tidak bertahan lama. Lantaran keluar masuk hutan membuat dirinya tidak betah dan memutuskan untuk beralih dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain hingga akhirnya menjadi juru kunci benteng ini.

“Saya di sini sebenarnya terdaftar tidak lebih dari petugas kebersihan,” terangnya santai, “Tetapi ya saat ini cuma saya satu-satunya orang di sini yang menjaga benteng ini.”

Saya berdiri di ujung benteng, menatap jauh ke lautan lepas di seberang sana. Benteng ini dulunya terletak tepat di atas tebing yang menjorok ke lautan, namun sedimentasi bertahap membuat tanah meluas beberapa ratus meter ke utara. Hingga akhirnya benteng ini terkesan begitu jauh dari lautan.

Sejatinya benteng ini masih jauh dari kata bersih. Meskipun keadaan batu-batunya dan paparan setapaknya yang berpaving masih terlihat sangat baik, rerumputan yang tinggi dan sampah dedaunan bertebaran ke setiap penjuru kompleks. Memang berat apabila mengharapkan bahwa kebersihan benteng hanya ditangani oleh seorang kakek. Namun Gorontalo sejatinya punya satu benteng lain yaitu Benteng Maas yang terletak tidak jauh dari Benteng Orange dan kondisinya jauh lebih mengkhawatirkan.

“Oh, terima kasih,” ucap Opa Gani ketika saya menyerahkan uang lima belas ribu kepadanya, “Saya tidak biasa menerima uang namun apabila ada yang memberi saya sangat berterima kasih sekali.”