Rumah Sang Kapitan Bagan

Barangkali hanya catatan Belanda itu yang sanggup dijadikan referensi, Oey I Tam adalah juragan garam dengan penghasilan tahunan mencapai 112.000 gulden. Selebihnya pencarian mencari nama sang kapitan di internet tidak membuahkan hasil. Agaknya menggelikan apabila jejak sang kapitan nyaris tidak tercetak di manapun sementara rumahnya digadang-gadang oleh pemerintah sebagai objek heritage Bagansiapiapi.

Objek heritage tanpa keterangan sejarah memadai. Yang artinya saya harus berjibaku seorang diri untuk mencari seluk beluk dari rumah tua eksotis yang ada di jantung Bagansiapiapi ini.

Oey I Tam sendiri bukanlah nama yang mengglobal, sang kapitan Bengkalis bahkan tidak tercatat di dalam gurat-gurat buku sejarah. Hasil pencarian di internet pun nyaris nihil. Namun sedikit demi sedikit informasi yang berhasil saya gali menyatakan bahwa Oey I Tam adalah cukong garam yang memonopoli perdagangan garam di kawasan ini sekaligus jalur pelayaran Bagansiapiapi menuju ke Pulau Jawa.

Bersama dengan Tjong A Fie, cukong candu dan bandar judi yang lebih dulu populer, Oey I Tam berkongsi di dalam mendominasi perdagangan di kawasan pesisir Sumatera bagian timur. Mengingat posisi Bagansiapiapi di kala itu sebagai penghasil ikan kardinal dunia, nomor dua setelah Bergen di Norwegia, tidak mengherankan apabila Kapten Hendrikus Colijn menyebut Bagansiapiapi sebagai tambang emas kecil. Di kemudian hari karier dari Kapten Colijn meroket hingga menjadi Perdana Menteri Kerajaan Belanda.

Sepak terjang sang kapitan Bengkalis sedikit banyak telah membuat Bagansiapiapi bersinar terang di perekonomian nusantara. Berkat kongsi dengan Koninklijke Paketvaart-Maatschappij, alias perusahaan ekspedisi kompeni pada masa silam, Oey I Tam tidak punya lawan sepadan di Bagansiapiapi.

Sore itu saya menyinggahi rumah peninggalan sang kapitan yang nampaknya sudah miring lantaran kayu-kayunya melapuk. Namun nampaknya saya kurang beruntung lantaran tidak ada seorang pun di sana. Denyut ekonomi Bagansiapiapi kini masih didominasi oleh etnis Tionghoa, namun sisa-sisa kejayaan masa lampau itu sudah nyaris tidak berbekas. Barangkali rumah inilah satu dari sedikit saksi bisu yang masih tersisa perihal sebuah kota perikanan yang pernah berjaya di pesisir timur Sumatera.