Uma Lengge Filosofi Bima

Mentari senja menerangi jalan kami ketika sepeda motor kecil itu digeber oleh Anif menyusuri tepian ngarai di Kota Bima. Dari lekukan jalan utama, kami menerabas masuk ke lorong kecil mengarah ke Desa Maria. Di sanalah kami berencana untuk menjelajahi salah satu tinggalan budaya masyarakat Bima bernama Uma Lengge.

Uma Lengge di kawasan ini secara harafiah bermakna rumah mengerucut. Hal ini lantaran atap rumah ini memang mempunyai ujud yang menyempit pada bagian paling atasnya. Di Desa Maria terdapat sebuah kompleks yang menampung ratusan baris rumah berderet-deret, setiap rumah berdiri sendiri-sendiri dipisahkan oleh parit-parit selebar bentang tangan orang dewasa layaknya barisan miniatur lumbung.

Pada bagian terbawah uma lengge terdapat pelataran yang digunakan untuk menerima tamu, sementara pada bagian atasnya terdapat sebuah ruangan tertutup oleh jerami yang digunakan sebagai kamar tidur pemilik rumah. Apabila daun pintu lantai pertama dan kedua ditutup maka hal tersebut bermakna bahwa pemilik rumah sedang bepergian sebentar, namun apabila pintu ketiga juga tertutup artinya pemilik rumah sedang pergi jauh.

“Pesan yang diberikan sebenarnya adalah bahwa kita harus selalu menitipkan pesan ketika meninggalkan rumah,” kelakar Anif ketika kami berdua duduk-duduk di ambang salah satu rumah, “Dengan memberikan tanda entah dua atau tiga pintu yang tertutup sebenarnya secara tidak langsung kita sudah belajar untuk selalu pergi dengan pamit.”

Selain berada di Desa Maria, kompleks besar Uma Lengge lainnya berada di Desa Sambori. Hanya saja karena hari sudah petang, maka lokasi yang kami sasar hanyalah yang terdekat dengan Kota Bima saja.

Di kompleks ini nampak tidak ada seorang pun, nyaris semua pintu Uma Lengge tertutup rapat. Hanya ada seorang ibu tua berpakaian tradisional yang sibuk menyapu halaman rumahnya tidak jauh dari situ. Selebihnya kompleks ini terlihat begitu sepi. Seiring dengan perkembangan zaman, Uma Lengge memang mulai ditinggalkan. Warga desa berpindah ke rumah modern sementara Uma Lengge mereka beralih fungsi untuk penyimpanan panen semata.

“Ayo kita lanjutkan perjalanan ke kota,” cetus Anif yang langsung saya balas dengan anggukan kepala, “Kita akan coba makan malam beberapa kuliner Kota Bima.”