“Kakak beruntung tidak ke sini ketika air pasang,” celetuk Meiby ketika mengantar saya dari Bandara Pinang Kampai yang lebih mirip gedung sekolah kejuruan daripada bandar udara, “Kalau air pasang, itu seluruh Kota Dumai akan terendam air, bahkan sampai ke pusat-pusat
Sumatera
Telaah Budaya Melayu Jambi
Mendefinisikan Melayu-Jambi ibarat mengiris kulit tipis sebuah dinding pembatas etnis. Sejatinya dinding tersebut tidak pernah ada ataukah diada-adakan hanya karena kebutuhan identitas niscaya akan sebuah provinsi, saya kurang yakin. Melayu di pesisir timur tadinya merupakan sebuah kesatuan di era pre-republik,
Catalina, Sisa Perjuangan Jambi
Wajahnya merengut. Bibirnya setengah ditekuk. Bapak setengah tua itu duduk di ujung ruangan sembari menatap anak-anak sekolah dasar yang berlarian kesetanan di halaman museum. Saya tidak tahu pasti, namun dapat ditebak bahwa bapak tersebut kesal dengan perilaku anak-anak tadi yang
Ada Apa di Museum Siginjai?
Semak belukar berayun-ayun ke sana kemari. Pohon-pohon akasia di tepi jalan tiada henti mencucurkan air yang membentuk genangan di bawah kakinya. Hujan yang mengguyur Kota Jambi semenjak fajar baru saja berakhir, namun angin masih berhembus liar tatkala kami berusaha mencapai
Hujan-Hujan di Danau Sipin
Lupakan gambaran cantik permai tentang sebuah danau. Danau Sipin sebagai danau yang terletak di Kota Jambi ini membentang paralel dengan Sungai Batanghari yang membelah kota menjadi dua. Permukaannya yang tenang lebih banyak dihiasi oleh tambak-tambak ikan warga dan beberapa rakit
Melintas Jembatan Makalam
“Makalam itu singkatan dari Makam Lama,” terang Bella kepada saya ketika kami berdua berjalan kaki melintasi jembatan berdinding merah ini di bawah guyuran gerimis yang sedari pagi membasuh Kota Jambi, “Namun entah di mana makamnya.” Pertanyaan tersebut barulah terjawab setelah
Kuliner Malam Bagansiapiapi
Semakin malam jalanan Bagansiapiapi semakin ramai, bukan hanya oleh kendaraan yang simpang siur seakan semua ruas jalan adalah jalan dua arah, namun juga oleh para pedagang durian dan kedai-kedai kopi. Tentu tidak mungkin bagi saya untuk membawa durian masuk ke
Rumah Sang Kapitan Bagan
Barangkali hanya catatan Belanda itu yang sanggup dijadikan referensi, Oey I Tam adalah juragan garam dengan penghasilan tahunan mencapai 112.000 gulden. Selebihnya pencarian mencari nama sang kapitan di internet tidak membuahkan hasil. Agaknya menggelikan apabila jejak sang kapitan nyaris tidak
Perjanjian Setan dan Manusia
Pada penghujung dekade 1920-an, Bagansiapiapi dilanda kehebohan. Kota penghasil ikan yang terletak di pesisir Sumatera ini diganggu oleh hantu-hantu poltergeist. Mulai dari rumah makan, kedai kopi, hingga tempat hiburan disusupi oleh hantu-hantu yang mengganggu ketenangan warga Bagansiapiapi. Biksu-biksu menengarai bahwa
Di Ambang Sungai Rokan
Panasnya udara siang itu benar-benar jahanam. Saya berteduh di bawah pondok bambu beratap rumbia bersama seorang bapak tua yang nampak terdiam di tepi sungai. Seorang pria tua lain berjalan mendekat kemudian berlutut di tepi sungai dan mulai mengikat batang-batang kayu.