Barangsiapa pernah tinggal di Lombok lebih dari sepuluh menit, sudah barang pasti dia pernah mendengar istilah cidomo. Sedemikian fenomenalnya hingga Dito dan saya terkurung penasaran dengan etimologi kata yang digunakan untuk menggambarkan kereta kuda di Lombok ini. Cidomo adalah sebuah
Month: April 2016
Kala Waktu Berjalan Lambat
Rekam perjalanan tiada menggurat tilas yang bahana pada pemirsanya andaikata hanya bermuara pada penggambaran akan keindahan lanskap-lanskap yang ada. Betapa pun baik sebuah cerita dipaparkan dan sebetapapun memukau potret yang ditebarkan, tetap ada bagian-bagian tidak terkisah. Sejatinya sebuah perjalanan bukan
Sepeda Lintas Gili Trawangan
Pada mulanya adalah hasrat. Kemudian tekad dan tanya harga. Entah bagaimana jadinya, sepeda bertiang oranye ini akhirnya sampai di genggaman saya. Jadilah Dito dan saya mengawali pagi hari di Gili Trawangan dengan bersepeda berkeliling pulau. Ya. Untuk mengitari seluruh pulau
Bolehlah Mandi Air Asin
“Airnya asin!” teriak saya sambil terbahak-bahak kepada Dito yang sedang tiduran di teras. Perhentian di kotej kecil Gili Trawangan adalah berkah. Pasalnya sudah dua hari terakhir kami habiskan di perjalanan tanpa kesempatan mandi. Sudah barang tentu tempat pertama yang kami
Penangkaran Penyu dari Gili
Tukik kecil itu menggesek-gesekkan wajahnya di dinding kaca, antara hidungnya dan wajah saya hanya terpisahkan oleh selembar beling tebal kaca akuarium. Di belakangnya ada puluhan, atau mungkin ratusan, tukik yang menggeliat ke sana kemari seakan-akan baru belajar berenang. Saya menatap
Sampai di Gili Trawangan
Hampir dua belas jam kami habiskan di perjalanan. Kendara di atas bus dari Denpasar menuju Padangbai dilanjutkan oleh fery penyeberangan menuju Pulau Lombok. Belum tuntas, dari Pelabuhan Bangsal kami harus menumpang angkot menuju ke utara, kemudian berganti dengan cidomo, dokar
Menanti Kapal di Padangbai
Padangbai bukan lazimnya tujuan wisata. Posisinya di ujung timur Pulau Bali menjadikannya titik transit bagi para pelancong yang ingin menyeberang ke Pulau Lombok. Tidak terkecuali dengan kami pada siang itu yang menantikan kapal menuju Pulau Lombok. Dikarenakan perjalanan menyeberangi Selat
Mengingat Lagi Bom Bali
Seratus lima puluh kilogram nitroamino eksplosif meledak membahana di seberang jalan ini empat belas tahun silam. Paddy’s Pub yang kala itu meriah mendadak terhenyak, luluh lantah diterjang ledakan masif yang menewaskan lebih dari dua ratus jiwa tersebut. Dunia tertegun. Bali
Sepenggal Kisah Selat Bali
Butuh waktu bagi Senopati Jin Bun untuk menyadari bahwa ayah kandungnya, Kertabhumi, sama sekali tidak berusaha membalasnya. Prabu Brawijaya V, demikianlah Kertabhumi bergelar, memilih menjauhi pertumpahan darah dan mengasingkan diri bersama para loyalisnya menyeberangi pasase sempit yang memisahkan Pulau Jawa
Musibah Malam Menuju Bali
Dito mengangkat botol air tinggi-tinggi kemudian mengguyurkan isinya ke wajah. Kami duduk termangu di tepi lautan kelam. Di tengah malam buta seperti ini mobil yang kami tumpangi baru saja selip lantas nyusrug di rerumputan sisi jalan. Belum lama kami meninggalkan