Pariwisata Bali adalah kesuksesan yang melebihi ekspektasi. Ketika namanya digadang-gadang sebagai Island of Gods pada medio 1970-an, barangkali orang tidak menyangka bahwa dekade-dekade berikutnya Bali menjadi magnet turis nomor satu di planet ini. Sebenarnya kisah tentang Bali jauh lebih panjang
Bali
Menanti Pembangunan GWK
Wujud yang didambakan darinya adalah Batara Wisnu menunggang Garuda sebagai simbol dari Amerta, sebuah kebijaksanaan abadi. Tetapi patung raksasa ini masih jauh dari kata selesai. Direncanakan menghabiskan empat ribu ton tembaga dan kuningan, patung ini akan berdiri setinggi 150 meter
Kisah Garuda Wisnu Kencana
Adalah dewa guru bernama Resi Kasyapa yang memiliki dua orang istri. Hanya saja salah satu istrinya, Kadru, selalu menaruh rasa cemburu terhadap istri yang lain, Winata. Beberapa tahun kemudian masing-masing istri dikaruniai anak. Kadru memperanakkan Naga sementara Winata memperanakkan Garuda.
Dingin-Dingin Gunung Batur
Pagi saya disambut semerbak frangipani. Tiga kuntum bunga plumeria teronggok di atas sebuah piring kecil yang diletakkan di depan kamar bambu yang semalam suntuk diusik decak-decak tokek. Ubud acapkali menjadi tempat persinggahan saya bermalam tatkala berkunjung ke Bali. Dari masa-masa
Terpesona Pura Tanah Lot
Saya tidak mau berdebat, tetapi menurut saya Tanah Lot adalah tempat terbanyak dipotret di seantero arkipelago. Bahkan apabila mau disanding dengan Candi Borobudur dan Gunung Bromo, saya masih yakin foto-foto Tanah Lot jauh lebih banyak tersebar di poster-poster wisata Indonesia.
Sua Ubud di Pekat Malam
Ubud adalah desa yang tumbuh meriah berkat pariwisata. Jati diri Ubud sebagai ikon spiritual Bali kini terpapas oleh hiruk pikuk lalu lintasnya sepanjang siang. Barulah ketika matahari terbenam dan kios-kios pedagang mulai tutup, ketenangan yang dulu pernah ada itu seakan
Guide Ngasal Pura Jagatnatha
“Ya, itu barang kuno. Yang ini juga barang purba,” kata bapak itu dengan nada datar. Sepertinya dia memang tidak tahu apa-apa soal museum sunyi sepi yang terletak pas di samping Pura Agung Jagatnatha ini. “Sudahlah, Pak. Yang penting bapak fotoin
Ubud Writers & Readers Fest
Dua tahun berturut-turut, saya selalu hadir di Ubud Writer’s and Reader’s Festival. Mungkin bagi sebagian besar orang, bergelut dengan buku-buku yang dulunya mainstream, kini beralih menjadi hipster. Begitulah buku sudah beralih fungsi menjadi hiburan sekunder. Jelaslah saya bukan hipster soal
Sejarah Panjang Pura Kehen
Usianya sudah sangat tua. Bahkan terlampau tua untuk bisa diketahui secara pasti kapan pura ini dibangun dan oleh siapa. Satu-satunya petunjuk yang mengisyaratkan pembangunan Pura Kehen adalah tiga prasasti yang bertarikh abad ke-9 hingga 12 Masehi. Hal ini menunjukkan bahwa
Disarankan ke Pura Kehen
“Disebutlah tanah Bangli sedang diperintah oleh seorang raja yang sangat bijaksana bergelar Ratu Bhatara Guru Sri Adhikunti Ketana. Beliau ingin membangun Pura yang akan dijadikan pemujaan oleh penduduk Bangli, bahkan rakyat Bali.” Tidak sebiasanya saya mengikuti saran Lonely Planet. Namun