Sesekali jembatan kayu itu berderak ketika saya langkahi. Sebelum memasuki pintu gerbang Fort Marlborough, ada jembatan sepanjang belasan meter yang menghubungkan antara dinding depan dengan bagian dalam benteng. Di sisinya tergolek tiga bongkah nisan, yang salah satunya adalah atas nama Thomas Parr, pejabat Inggris yang dibantai oleh pemuda Bugis.
Monumen untuk mengenangnya didirikan tidak jauh dari benteng tersebut.
Berbeda dengan wilayah-wilayah lain di Indonesia, Bengkulu menyimpan rekam histori yang panjang bersama Inggris. Hampir 142 tahun lamanya, dari tahun 1682 hingga tahun 1824, bendera British Empire berkibar di bumi Rafflesia. Hingga akhirnya defisit neraca dagang yang terus-terus membengkak memaksa Inggris menukar Bengkulu dengan Singapura.
Pada sudut lain Kota Bengkulu pernah berdiri sitadel Inggris Raya bernama Fort York. Bencana alam mengikis tembok pertahanan tersebut hingga akhirnya Inggris terpaksa meninggalkannya untuk membangun benteng baru bernama Fort Marlborough.
Nyaris tidak ada yang tersisa dari Fort York. Namun Fort Marlborough masih berdiri kokoh. Berdinding ekstra tebal berwarna putih kekuningan, benteng terbesar kedua yang pernah dibangun Inggris di Asia ini terkesan angkuh di pesisir pantai. Saya menapaki tangga batu setengah lingkaran yang mengarah pintu masuk benteng pada sore itu, tidak terlihat ada seorang pun di sana.
Seusai masuk pintu gerbang, saya disambut oleh halaman luas yang dihiasi barisan pohon nyiur dengan kepala-kepala kanon yang berkarat di sekelilingnya. Sementara gerimis mulai turun di tepian pantai tersebut, saya berteduh di sebuah barak yang dialihfungsikan sebagai museum. Ada beberapa seri foto yang ditempelkan laiknya majalah dinding pada setiap ruang-ruang benteng. Mereka berkisah seputar sejarah Bengkulu sebelum era kolonial hingga era kemerdekaan.
Fort Marlborough adalah sebuah keunikan di nusantara. Tidak ada provinsi lain di Indonesia yang menyimpan peninggalan Inggris dalam skala sebesar ini, selain Jawa Barat dengan Kebun Raya Bogor. Namun pengelolaan dari Fort Marlborough sendiri boleh dibilang masih sangat minimal, banyak presentasi yang dilakukan hanya sebatas sekenanya saja.
Traktat London mendesak Inggris untuk mengangkat kaki dari Bengkulu, menukarkan tanah ini dengan sepetak rawa-rawa di Selat Malaka yang kelak diubah menjadi Singapura. Dua abad berlalu, Inggris memoles wajah Singapura menjadi kota pelabuhan termakmur di planet ini sementara Bengkulu masih menjadi provinsi yang terisolasi bahkan terabaikan dari sisa Sumatera.