Awan hitam yang tadi menyesaki angkasa Senggigi kini tersisa selarik. Matahari yang menjelang hembus-hembus napas terakhirnya di hari itu menyala kuat-kuat memancarkan semburat cahaya jingga ke seantero cakrawala. Langit Senggigi seakan terbakar, menyala di senja yang tenang.
Saya senang melewatkan senja di Senggigi. Walau barang sehari atau dua hari saja, pelepasan ke Lombok senantiasa menjadi pelarian yang menyenangkan dari kejamnya rutinitas Jakarta. Sebuah rutinitas yang lambat laun membunuh kepekaan hati ini.
Entahlah. Sudah setengah jam saya duduk di tepian pantai ini, beralaskan pasir putih yang sedikit sedikit berterbangan tertiup angin laut. Tidak ada seorang pun bersama saya di tempat ini. Yang ada hanyalah kesunyian yang disamarkan oleh deru gelombang laut dan kerisak daun kelapa.
Matahari perlahan-lahan melesak di ufuk barat. Saya beranjak dari duduk walau sebenarnya masih nyaman berdiam diri di sana. Apa boleh buat, saya harus bermotor untuk kembali ke penginapan sebelum angkasa ditelan kegelapan.