Basuh Diri di Tirta Empul

Airnya demikian dingin. Saya mencelupkan kaki ke dalam kolam, sementara air mengucur deras melalui rongga-rongga pipanya yang berbentuk mulut kendi. Pagi itu saya seorang diri di ceruk pura.

Pura Tirta Empul lazimnya dijadikan sebagai pelataran untuk ritual bebersih diri. Masyarakat Hindu Bali mempunyai keyakinan bahwa mata air suci pura ini sanggup memberikan ketenangan batin. Utamanya pada setiap malam bulan purnama, umat Hindu berbondong-bondong menyinggahi pura ini untuk ritual tersebut, membawa sanak saudara mereka dari berbagai daerah di Bali.

Tirta Empul lahir dari sumber mata air Tukad Pakerisan. Lebih dari seribu tahun silam, mata air Madya Mandala menyembur kencang di tempat ini, membentuk sebuah telaga yang kemudian dibangun kolam.

Seorang wanita memasuki kompleks pura. Dengan membawa canang dan dupa, dicelupkanlah dirinya ke dalam telaga. Kemudian ia mulai khidmat melakukan ritual panglukatan, membasuh diri di satu per satu pancurannya. Di antara sekian banyak pancuran, ada dua yang tidak digunakan yaitu Tirta Pangentas dan Pabersihan, karena lazimnya kedua mata air ini digunakan hanya untuk upacara kematian.

Saya sengaja berangkat pagi-pagi. Bermotor seorang diri dari penginapan Ubud sesaat setelah matahari terbit demi mendahului bus-bus turis. Terlewat siang sedikit, Pura Tirta Empul lazimnya ramai dipenuhi oleh wisatawan mancanegara.

Tidak terasa matahari sudah mengambang agak tinggi. Di atas sana Istana Tampaksiring terkesan teduh dirimbun pepohonan. Saya mengakhiri kunjungan singkat ini dan berjalan kembali menuju ke pelataran parkir, berpapasan dengan bus turis yang pertama.