Angkat Ransel ke Semeru

Angin berhembus perlahan, namun sudah cukup untuk menggoreskan nuansa dingin di sekitar wajah ini. Kami berjalan beriringan bersama-sama para porter untuk memulai pendakian Gunung Semeru. Saat itu pukul dua lewat sedikit, perjalanan panjang dimulai dengan target tiba di Ranu Kumbolo tidak lama setelah maghrib.

Kami berjalan bersama melintasi perkebunan milik penduduk desa, kemudian memasuki gerbang taman nasional dan menyusuri jalan setapak melintasi beberapa warung kecil di tepi jalan.

Tidak lama setelah memasuki kawasan taman nasional, jalanan mulai menanjak tajam lantaran para pemandu memilih mengambil jalan pintas yang lebih singkat dengan mendaki sebuah bukit. Saya rasa ini pilihan yang bagus karena kami harus mengejar waktu agar tiba di Ranu Kumbolo menjelang gelap.

Saya berada di baris terdepan memimpin seluruh tim. Sementara di belakang saya barisan dibagi menjadi tiga kelompok kecil untuk memudahkan manajemen. Dua porter berada di kelompok paling belakang, sedangkan di dua kelompok lain masing-masing didampingi satu porter.

Yang cukup menggelitik adalah adanya trotoar di sepanjang jalan menuju pos satu. Meskipun tidak seluruh bagian jalan tertutup oleh batu tegel, namun niat orang yang membangun jalan paving menuju Gunung Semeru ini sudah membuat Daniel dan saya geleng-geleng kepala.

Satu bukit pertama dilalui. Saya berhenti di puncaknya menunggu kedatangan seluruh tim. Belum apa-apa, beberapa orang sudah nampak kelelahan.

Nampaknya, perjalanan hari ini akan lebih lama dari yang diramalkan.