Luas Rumput Oro-Oro Ombo

Pada kosakata Bahasa Jawa, oro-oro berarti tanah kosong sedangkan ombo berarti luas. Oro-oro Ombo adalah salah satu lokasi legendaris di Gunung Semeru. Tanah kosong luas yang dipisahkan oleh sebuah bukit dari Ranu Kumbolo ini dihiasi oleh hamparan bunga ungu mirip lavender.

Pada kunjungan kami ke sana kemarin, musim kembang sudah lewat. Sebagai gantinya Oro-oro Ombo dihiasi oleh hamparan rumput kuning dan bunga kering kecoklatan. Hamparan padang rumput luas yang dapat dinikmati dari atas bukit ini adalah satu dari dua padang rumput di jalur pendakian Semeru, selain Kalimati.

“Tidak perlulah turun. Capek itu naiknya,” ucap Ega yang terus terang tidak kami tanggapi.

Lima di antara kami bersebelas memutuskan untuk menuruni gunduk terjal yang kemiringannya hampir tujuh puluh derajat. Lebih tepatnya, separo perosotan. Entah bagaimana naiknya, urusan belakangan, yang penting kami turun dulu untuk menyusuri padang rumput di bawah sana.

Dari Oro-oro Ombo, melihat lurus ke selatan terlihat bukit Cemoro Kandang. Itulah bukit terakhir sebelum masuk ke area Kalimati yang terletak tepat di bawah garis batas vegetasi pada puncak Mahameru. Artinya, untuk mencapai puncak Semeru, kami tinggal selangkah lagi.

Oro-oro Ombo terhampar luas di hadap wajah saya. Langit cerah memberikan nuansa apik bagi padang rumput yang telah menguning kering. Selintas jalan setapak becek memotong padang rumput itu tepat di tengah-tengah, mengarah langsung ke Cemoro Kandang.

Pada musim kebakaran hutan yang baru saja lewat, Oro-oro Ombo adalah salah satu daerah yang terdampak. Hutan pinus di sekitarnya merupakan korban kebakaran hebat yang meninggalkan bekas hingga hari ini.

“Waktu itu bahkan saya harus berjingkat-jingkat menghindari bara api,” ungkap Mbak Silvia yang menjadi salah satu pemandu kami.