Elok Museum Timah Muntok

Dari luar saja saya sudah yakin bahwa saya seorang diri siang itu. Ketika masuk ke dalam, saya tambah yakin. Memang. Museum Timah Muntok ini demikian sepi, hanya nampak dua orang penjaga yang duduk-duduk di meja depan sembari bercengkerama seru. Saya yakin sebagian besar hari-hari mereka pastilah dilewatkan dalam kekosongan pengunjung.

Bukan apa-apa, museum ini punya kualitas yang boleh dibilang di atas rata-rata. Koleksinya rapi, lantainya bersih, dan ruangannya pun bercahaya tidak muram layaknya museum-museum lain. Tetapi sunyinya emplasemen ini lebih dikarenakan posisi Kota Muntok yang sudah barang tentu bukan merupakan satu destinasi wisata. Keberadaan Museum Timah ini bersanding dengan Wisma Ranggam yang diharapkan mampu mendongkrak gairah pariwisata Muntok pun belum berbuat banyak.

Dibandingkan kompatriotnya di Pangkalpinang, Museum Timah yang ada di Muntok ini relatif lebih modern. Selain koleksinya yang lebih lengkap, penempatan dan penataannya pun sekelas di atas Pangkalpinang. Hanya saja terbatasnya promosi membuat saya sendiri jarang mendengar nama museum ini.

Saya berjalan menyusuri etalase yang memajang bola-bola timah di atasnya. Tidak terlihat seorang pun di sana. Saya berusaha berjalan pelan-pelan menikmati teduhnya museum yang memayungi saya dari panasnya udara Pulau Bangka siang itu. Sedikit banyak terasa seakan-akan museum ini ada sekedar untuk mengingatkan para pengunjungnya bahwa Muntok dulu pernah berjaya, itu saja.

Di salah satu sudut museum terdapat diorama yang menggambarkan meriahnya pertambangan timah pada era lampau. Kontras sekali dengan senyapnya Muntok yang terlihat di luar sana, apalagi ini bulan puasa. Ketika timah-timah itu habis, masyarakat pun berangsur-angsur meninggalkan kota ini, mengembalikan Muntok kepada fitrahnya sebagai kota nelayan yang trankuil.

Keelokan Museum Timah Muntok ibarat segores benang perak di balik redupnya kota ini. Sama seperti Sawahlunto di Sumatera Barat, habisnya barang tambang mendorong para pengelola kota untuk mengembalikan gairah kota dengan pariwisata. Entahlah. Namun yang jelas perjalanan ke sana tidak membutuhkan waktu yang singkat.