Nunukan hidup layaknya kabupaten-kabupaten lain di Indonesia. Tanpa melihat peta, agak susah merasakan bahwa kabupaten muda ini merupakan kabupaten terluar yang terletak di perbatasan republik dengan negeri jiran.
Usianya belum dua puluh tahun. Nunukan lahir dari pemekaran Bulungan yang ukurannya jauh lebih besar untuk satu alasan, percepatan pembangunan. Luas Bulungan membuat pembangunan perbatasan terseok-seok, hingga akhirnya pada zaman reformasi tercetuslah ide untuk membagi luasan itu menjadi dua. Lahirlah Nunukan, Bumi Penekindi Debaya.
“Penekindi Debaya,” terang Pak Hasyim yang berseragam PNS dengan penuh semangat, “Artinya adalah Membangun Daerah. Itu menjadi slogan bagi Kabupaten Nunukan. Yang artinya, Nunukan ini memang dimekarkan alasannya ya cuma satu, demi pembangunan.”
Pembangunan Nunukan sejatinya agak dilematis. Dengan dana APBD mencapai 1,6 trilyun Rupiah dan penduduk hanya sebanyak seratus lima puluh ribu jiwa, seharusnya kabupaten ini sanggup berkelimpahan. Namun kendala terbesar adalah luasan wilayah yang mencapai empat belas ribu kilometer persegi, atau sepuluh jiwa per kilometer persegi, membuat pemerataan pembangunan menjadi pekerjaan rumah tersendiri.
Belakangan ini efek otonomi baru mulai terasa. Sentra Kota Nunukan yang dulunya berantakan, kini punya sebuah taman apik yang menjadi lokasi favorit anak-anak bermain. Pada sisi terluar dari pulau ini terdapat dua pelabuhan internasional dan satu dermaga yang melayani pelayaran lokal. Belum lagi apabila kita menghitung bangunan-bangunan megah baru yang kini menghiasi lanskap Nunukan, mulai dari gedung DPRD hingga Islamic Center. Nunukan sedang berdentum.
“Masalah terbesar ya sebenarnya adalah konektivitas darat,” lanjut Pak Hasyim lagi.
Benar. Sebut saja untuk menghubungkan Kota Nunukan dengan Desa Long Bawan di sisi barat kabupaten membutuhkan jalan raya sepanjang sepertiga Pulau Jawa. Tentu kurang masuk akal untuk menginisiasi pembangunan seperti ini dengan mengandalkan dana sebuah kabupaten.
Inilah Nunukan. Kota yang dulunya hanya menjadi Kota Transit TKI yang ingin menuju ke Sabah, kini menggeliat dengan pembangunan besar-besaran di sana-sini. Perjalanan kabupaten ini tentu masih panjang, namun setidaknya Nunukan sedang berlari. Berlari sangat kencang.