Pulau Sebatik yang tertinggal hanyalah kisah usang yang terus diulang-ulang. Semenjak kisahnya rutin diangkat oleh media, kehidupan masyarakat Sebatik sudah jauh lebih baik, bahkan mungkin kini lebih baik daripada kompatriot mereka di negeri seberang.
Dua ruas jalan raya beraspal mengitari luasan Pulau Sebatik. Perjalanan jauh dari Mantikas ke Sei Nyamuk yang dulu ditempuh dalam waktu tiga jam di atas tanah berbatu kini menjadi satu jam saja di atas aspal mulus. Di sepanjang jalan tiang-tiang listrik berjajar rapi mengisyaratkan bahwa seluruh pulau ini sudah menerima pasokan listrik yang mungkin untuk kawasan-kawasan lain di perbatasan masih sebatas mimpi.
Teringat saya akan sebuah catatan kritikus di media massa nasional yang mengisahkan kehidupan masyarakat Sebatik yang serba berkekurangan dan bergantung kepada negeri seberang. Entah kapan cerita tersebut ditulis, namun kenyataan yang saya lihat di lapangan sudah berbeda jauh dari kisah-kisah pilu catatan tersebut.
Sinyal empat bar Telkomsel HSDPA setia menemani sepanjang perjalanan di Sebatik. Dua tahun silam Telkomsel membangun sepuluh menara telekomunikasi di perbatasan, kini seantero pulau mendapatkan akses komunikasi yang memadai. Sementara itu Sei Nyamuk yang dulu dikisahkan harus bergantung dengan membeli bensin dari Petronas mulai tahun lalu sudah mempunyai dua unit SPBU Pertamina modern.
Ihwal perdagangan dan finansial pun mulai tumbuh pesat di Sebatik. Setidaknya Bank Mandiri, Bank BNI, dan Bank BRI membuka cabang di Sei Nyamuk. Kota prinsipal Pulau Sebatik ini sudah punya beberapa hotel, restoran, sekolah, bahkan tempat hiburan malam!
“Yang masih kurang itu rumah sakit,” ungkap Pak Hasan yang duduk di depan dermaga Mantikas pada saya siang itu, “Di sini dokter cuma tiga atau empat orang saja untuk seluruh pulau. Tetapi sekarang sudah agak baik karena sudah ada ambulans Puskesmas keliling.”
Pulau Sebatik dulu mungkin pernah tertinggal. Namun sekarang mereka sedang berlari mengejar ketertinggalan itu dan menjadi sepadan dengan kecamatan-kecamatan lain di Indonesia. Bahkan bukan tidak mungkin Pulau Sebatik justru akan berlari lebih cepat ketika statusnya ditingkatkan menjadi sebuah kota otonom dalam waktu dekat.
Belum. Sebatik memang belum maju. Namun setidaknya mereka sudah tidak lagi tertinggal.