Menatap Soasio dari Atas

Dari Tidode, Ternate serasa bagaikan metropolitan. Kota ini jauh lebih tenang dibanding saudaranya di seberang lautan sana yang kontur tanahnya mirip dan karakter masyarakatnya pun juga sepadan. Entahlah. Namun ada dikata bahwa Tidore selalu menjadi yang kedua di dalam sebuah konstelasi Moluku Kie Raha, sementara Ternate relatif mendominasi tanah ini di atas Jailolo, Bacan, dan tentu saja Tidore sendiri.

Saya berusaha mengabaikan hembus udara kering yang menyayat kulit berbaur dengan jerangan panasnya matahari. Semakin ke atas rasanya saya semakin tidak terlindung dari teduh pepohonan sehingga matahari semakin leluasa menyinarkan radiasi agninya di atas ubun-ubun yang sudah terasa hampir mendidih ini.

Kota Tidore berada di sisi timur pulau, sama seperti Ternate. Jadi kedua kota ini tidak secara efektif berhadap-hadapan muka dengan muka, bahkan justru boleh dibilang keduanya menatap jauh ke arah Halmahera di seberang sana. Selama nyaris dua ribu tahun, kawasan Maluku Utara berada di bawah komando dua pulau kecil ini silih berganti, kalau tidak Ternate ya Tidore yang berkuasa.

Namun semua itu berakhir pada tahun 2009 ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk pertama kalinya mematahkan rantai dominasi dua pulau kecil ini dengan memindahkan ibukota provinsi Maluku Utara ke kota Sofifi yang terletak di Pulau Halmahera yang dirasa punya kawasan lebih luas dan lebih berpotensi untuk dikembangkan lagi wilayahnya. Inilah untuk pertama kali di dalam sejarahnya, Halmahera tidak bernanung di bawah komando Ternate maupun Tidore.

Di Pulau Tidore ini, kawasan ibukotanya adalah Soasio. Nama kota Soasio sudah menjadi de facto episenter Kesultanan Tidore selama berabad-abad. Namun apabila ditilik dari ukurannya, Soasio ini sebenarnya tidaklah lebih dari sebuah kelurahan. Satu di antara lima belas kelurahan lain yang tersudut di pulau bersejarah ini.

Awhy duduk di sebelah saya. Kami berdua seperti orang bodoh di ambang tebing menikmati matahari tengah hari yang menyinari ceruk Benteng Tahula seperti sebuah panci penggorengan raksasa. Dari atas sini Soasio, pusat Kota Tidore, terhampar di bawah sana. Angkot dan bentor lalu lalang sesekali namun selebihnya hanya ada kesunyian berteman dengan gemuruh lautan.