Makam kecil bernisan biru kusam itu tersudut di halaman Kraton Kesultanan Tidore. Adalah Sultan Zainal Abidin Syah yang beristirahat di tempat tersebut. Nama ini sebenarnya bukanlah figur lama di dalam Kesultanan Tidore, bahkan boleh dibilang Sang Sultan adalah tokoh modern pasca-kemerdekaan republik, namun banyak yang tidak mengetahui seluk beluk jasanya.
Sultan Zainal Abidin Syah adalah gubernur pertama Irian Barat. Ketika Irian Barat jatuh ke pangkuan Indonesia, Presiden Soekarno melantik Sang Sultan Tidore sebagai pejabat sementara provinsi Papua. Hal ini dikarenakan menurut sejarah Papua sempat lama berada di bawah kekuasaan dari Kesultanan Tidore, jadi pengangkatan ini dirasa sangat pantas.
Pada masa-masa awal perkembangan Irian Barat, ibukota dari provinsi muda tersebut diposisikan di Soasio. Yang mana provinsi baru ini jadi terkesan overlap lantaran Soasio sendiri berada di Maluku. Barulah beberapa tahun kemudian ketika situasi menjadi stabil, ibukota dari Irian Barat dipindahkan ke Port Numbay, Jayapura.
Sang Sultan pada mulanya dimakamkan di Ambon, beliau meninggal di sana setelah menghabiskan masa tuanya di ibukota Maluku tersebut. Tetapi tiga puluh tahun silam, keluarga sultan memindahkan kerangka Sultan Zainal Abidin Syah ke halaman kraton ini, sebuah pelataran yang disebut dengan Sonyine Salaka.