Membangun Pariwisata Bungin

Keganjilan Pulau Bungin menjadikannya daya tarik tersendiri di papar utara Pulau Sumbawa. Terlebih lokasinya yang berada pada laluan Pelabuhan Poto Tano dan Kota Sumbawa Besar, sontak saja membuat Pulau Bungin menjadi salah satu destinasi singgahan terfavorit bagi para pelintas yang memasuki Pulau Sumbawa dari Pulau Lombok melalui jalur laut.

Pulau Bungin punya laut yang cantik namun sudah tidak punya lagi garis pantai lantaran pulau kecil ini sudah benar-benar penuh sesak dengan bangunan permanen. Berawal dari pemukiman segelintir Suku Bajo empat abad silam, Pulau Bungin tumbuh pesat menjadi setlemen paling riuh di seantero Sumbawa.

Pariwisata. Barangkali itulah yang hingga kini masih terus berputar-putar di otak para penggiat turisme Sumbawa. Pulau Bungin menyimpan daya tarik tersendiri yang tidak ada di belahan nusantara manapun, namun harus diakui pengelolaan pariwisatanya masih sangat jauh dari kata eksis.

Setidaknya Pulau Bungin punya dua singgahan utama. Yang pertama adalah Museum Nelayan yang merupakan atraksi baru yang dikelola oleh anak muda dari pulau ini. Museum Nelayan yang dikelola dengan segala keterbatasan ini tentu saja napasnya masih senin kamis sehingga belum mampu dijadikan sebagai andalan. Sedangkan yang kedua adalah rumah makan terapung yang berada tidak jauh dari lepas pantainya. Hanya perlu kurang dari lima menit untuk menyeberang dengan perahu motor.

Ditilik dari lokasi dan karakteristiknya, terang saja Pulau Bungin punya potensi. Meskipun boleh dikata kerja keras masih sangat diperlukan untuk mengubah wajah pulau ini menjadi lebih layak dikunjungi.

“Biasanya di sini kita ya makan ikan,” kata Ferdi sembari terkekeh, “Sebab masih belum banyak yang dikelola di tempat ini. Meskipun sebenarnya semua turis yang mau ke Mataram lewat laut biasanya singgah ke sini sebelum ke Poto Tano.”