Adalah Tison Sahabuddin Bungin, anak muda sepantaran saya yang menjadi kebanggaan warga pulau ini. Apalagi kalau bukan lantaran sepak terjang Tison dalam menggerakkan terobosan-terobosan terkait dunia maritim di tanah ini. Tidak hanya di Pulau Bungin sendiri namun hingga ke negara tetangga seperti Filipina.
Museum Nelayan yang berdiri di ambang Pulau Bungin adalah salah satu karyanya. Sayang pada siang itu museum mungil ini tutup, sedikit nampak terabaikan karena memang tiada seorang pun di sana.
Ferdi dan saya berhenti sebentar di sisinya. Bendera merah putih nampak berkibar kencang berpegangan pada sebuah tiang bambu yang menjulang tinggi. Ferdi kemudian menggeleng, mengisyaratkan bahwa museum ini tidak dapat saya kunjungi, setidaknya untuk saat itu.
Saya menjawab isyarat Ferdi dengan memintanyan untuk melanjutkan perjalanan. Sepeda motor kembali digeber memasuki ke sudut-sudut Pulau Bungin, pulau kecil di lepas pantai Sumbawa yang konon merupakan pulau terpadat di planet ini. Ada apa di sana? Entahlah. Justru hal itulah yang akan saya cari pada siang ini.