Balikpapan adalah rimba urban. Kota minyak yang selama ini menyandang posisi sebagai kota terbesar kedua di Provinsi Kalimantan Timur setelah Samarinda ini boleh dibilang justru lebih maju daripada kompatriotnya. Menyusuri jalanan utama Balikpapan ibarat menyaksikan jajaran etalase pembangunan di mana-mana.
Pagi itu saya baru beranjak dari kamar saya di lantai atas Swiss-Belhotel yang diapit oleh dua pencakar langit yang sama-sama belum selesai dibangun. Yang satu jelas adalah kandidat mall, sementara entah dengan yang satu lagi. Sebenarnya pemandangan ini tidak terlalu mengejutkan lantaran saya sudah mengikuti perkembangan kota minyak ini dari Skyscrapercity dalam waktu cukup lama.
Dibandingkan dengan kota-kota lain yang berukuran setara, dengan penduduk di kisaran 700 ribu jiwa, pembangunan Balikpapan boleh dibilang dua langkah lebih cepat. Pada sebagian rumah-rumah di kota ini bahkan sudah terpasang jaringan gas yang notabene masih merupakan barang langka untuk ukuran Indonesia.
“Balikpapan sedang demam superblock,” celetuk sopir GoJek yang mengantarkan saya menuju ke Pentacity siang itu membabat lalu lintas kota yang ramai, “Selain Pentacity sendiri, ada Borneo Bay City, yang isinya sama. Mall besar sekali dicampur dengan apartemen, ruko, dan hotel.”
Tidak mengherankan apabila kemudian Balikpapan pernah digadang-gadang sebagai kota besar dengan biaya hidup tertinggi di Indonesia, entah benar atau salah, namun yang jelas saya merasa ongkos hidup di kota ini seakan-akan sudah bersaing dengan Jakarta. Belum lagi apabila mengingat kota ini memang tumbuh besar lantaran banyaknya pekerja tambang minyak di masa silam.
Saya turun di Pentacity, sebuah superblock yang bangunan utamanya baru saja selesai dibangun. Di sana sudah terlihat banyak tenant internasional yang bersiap membuka outlet. Nampaknya mall-mall besar seperti ini menjadi simbolisme akan kemajuan suatu daerah, meskipun ada perasaan khawatir bahwa pesona lokal akan terkikis.
Layaknya di Jakarta, hari itu saya menunggu penerbangan di Sepinggan dengan nongkrong di kafe yang terletak di lantai dasar Pentacity e-Walk. Sore ini saya harus segera kembali ke ibukota untuk melanjutkan tugas-tugas.