“Pak, kita berhenti dulu di Tugu Khatulistiwa,” pinta saya kepada Pak Sopir yang mengemudikan mobil melintasi aspal sempit Siantan yang semakin tahun semakin ramai. Saya sendiri sudah pernah tiga kali berkunjung ke Tugu Khatulistiwa, namun kunjungan kali ini punya sentimen spesial lantaran saya ingin mengintip sejauh mana taman di sisi Sungai Kapuas itu terselesaikan.
Empat tahun silam saya berada di Pontianak. Tugu Khatulistiwa masih dikelilingi oleh tanah berumput jarang yang apabila hujan mengguyur maka permukaannya akan tergenang bak kubangan kerbau. Kabar burung terakhir yang saya dapatkan adalah kawasan tugu ini sudah berubah, ada sebuah taman yang baru dibangun untuk mempercantik lanskapnya.
Jadilah siang itu saya turun di tepi Tugu Khatulistiwa. Di sisinya sudah terdapat sebuah taman yang lumayan meskipun masih banyak bagian sana sini yang terlihat belum selesai, sungguh waktu yang sangat lama hanya untuk menyelesaikan sebuah taman. Pada paparan kompleks juga sudah terlihat balai-balai bambu yang digunakan sebagai arena pertemuan.
Saya berdiri sejenak di sana, mengambil foto diri dengan latar belakang Tugu Khatulistiwa, kemudian berlalu. Tempat ini ternyata tidak banyak berubah semenjak terakhir kali saya menjejakkan kaki di sana.