“Old soldiers never die; they just fade away.” – Douglas MacArthur
Mengikuti GPS justru mengantarkan saya ke markas TNI-AD. Saya berhenti di pos penjagaan kemudian menanyakan ihwal Tugu MacArthur, tentara yang berjaga di situ berpesan, “Silakan masuk saja, nanti ada patung belok kanan, tetapi tidak boleh mengambil foto selama di dalam markas TNI-AD. Baru setelah sampai ke Tugu MacArthur boleh foto-foto di dalam kompleks.”
Saya mengangguk dan meninggalkan KTP di sana, kemudian sepeda motor pun kembali digeber melewati tanjakan demi tanjakan curam Gunung Ifar yang berada di barisan Pegunungan Cycloop.
Setelah beberapa menit tibalah saya pada kompleks Tugu MacArthur namun gerbangnya terkunci. Bapak penjaga nampaknya belum tiba, alhasil saya harus menunggu beberapa saat. Untuk membunuh waktu, saya memutuskan untuk berjalan kaki di ambang tebing yang mana saya sanggup menyaksikan hamparan Danau Sentani di kejauhan.
Di atas bukit kecil inilah konon Jenderal Douglas MacArthur duduk di bangku batu yang menghadap lurus ke Danau Sentani, memikirkan strategi pasukan Amerika Serikat dalam menghadapi Jepang dalam Teater Perang Pasifik. Orang kemudian mengenal MacArthur sebegai tokoh yang membawa Amerika Serikat kepada kemenangan melawan Jepang, namun di sisi lain dia juga dikenal sebagai jenderal pembangkang yang belakangan dipecat oleh presiden karena tidak mau mengikuti peraturan.
Perang Dunia II pungkas pada tahun 1945. Douglas MacArthur diberi tanggung jawab untuk pengalihan kekuasaan dari tangan Jepang, yang secara tidak langsung beliau menjadi “atasan” bagi Kaisar Hirohito. Sementara Indonesia memanfaatkan momen tersebut untuk meraih kemerdekaan.
Bapak penjaga kompleks tergopoh-gopoh membukakan pintu gerbang, barangkali karena melihat saya datang lebih awal daripada dirinya. Saya hanya melempar senyum kecil kemudian melangkah masuk. Kompleks ini punya taman apik dengan sebuah monumen berbentuk segi lima di bagian tengahnya, monumen tersebut dicat dengan kombinasi warna kuning dan hitam, pada bagian tengahnya terdapat lambang pedang dan anak panah yang bersilangan.
Beberapa anak kecil berambut keriting nampak berlari-larian di dalam kompleks, menyusul kami masuk. Mereka mungkin belum pernah tahu siapa itu Jenderal Douglas MacArthur, bagi mereka tempat ini tidak lebih dari lapangan bermain dengan pemandangan danau yang indah di bawah sana.