“Ayolah kawan, saya sudah cukup bersabar,” celetuk si pembawa acara dengan logat Papua kental. Sudah lima belas menit dia menunggui para penari untuk naik ke panggung namun mereka tidak menampakkan batang hidungnya barang sedikitpun. Menunggu dan menunggu.
Akhirnya para penari yang dinanti-nanti itu tiba dan mereka langsung berhamburan ke atas panggung, penonton bersorak-sorai melihat dua lusin penari berpakaian celana rumbai-rumbai dan topi adat. Dengan menabuh tifa, mereka pun melakukan tari-tarian massal yang membuat para penonton ikut berjoged di depan panggung, meskipun beberapa penonton di belakang protes karena mereka tidak bisa melihat ke depan.
Festival Danau Sentani selalu meriah. Secara faktual, festival ini merupakan satu dari triage festival terbesar Tanah Papua selain Festival Lembah Baliem dan Festival Asmat. Tidak mengherankan apabila beberapa turis asing nampak ikut memadati arena ini, mengambil gambar dan berbincang-bincang dengan beberapa petugas dari Dinas Pariwisata.
“Ada satu kelemahan dari Festival Danau Sentani,” celetuk Pak Edison yang saya temui kemarin, “Seharusnya apabila pemerintah Papua ingin festival ini ramai dengan turis asing, festival dibikin berdekatan. Misalnya satu minggu sebelum Festival Lembah Baliem, supaya turis dapat mengunjungi dua festival sekaligus.”
“Bagaimana dengan waktunya, Pak? Apakah sekarang sudah pas?” tanya saya lagi.
“Sebenarnya kurang, pas. Akan lebih cocok apabila dijalankan di akhir Juli atau awal Agustus karena di saat itu biasanya turis Eropa ke Asia sedang mencapai jumlah puncak,” pungkasnya.
Terlepas dari tepat tidaknya waktu acara, Festival Danau Sentani telah sukses membawa Papua mendunia. Bersama dengan Festival Lembah Baliem, ini merupakan salah satu festival yang paling diincar oleh turis. Belakangan di Skouw juga diadakan Festival Crossborder yang menyasar turis Papua Nugini dan di Biak digelar Festival Munara Wampasi yang diharapkan memompa kunjungan wisatawan.
Sejatinya Papua punya potensi wisata nan luar biasa. Tidak hanya dari kulturnya saja, namun alamnya pun sanggup untuk dijual. Bahkan sebagian besar festival di Papua merupakan penggabungan aspek keduanya. Untuk hari ini, biarlah saya menikmati dulu Festival Danau Sentani, selebihnya urusan nanti.