Di Perbatasan Papua Nugini

“Saya dan keluarga hari ini ke Indonesia,” cerita bapak dari seberang Papua Nugini yang duduk di sebelah saya di Pasar Skouw dengan Bahasa Indonesia terbata-bata, “Kami mau beli mi instan.”

Entah serius atau melawak, bapak ini membawa seisi keluarganya menyeberangi perbatasan negara untuk sekardus mi instan. Sementara saya melihat di hadap Pasar Skouw ini lusinan warga Papua Nugini sibuk berbelanja barang kebutuhan sehari-hari, mulai dari sabun, minyak goreng, alat tulis, perkakas dapur, kecap manis, hingga pakaian anak-anak dengan motif Ganteng Ganteng Serigala. Barangkali Pasar Skouw di sisi Indonesia ini tak ubahnya Mall Taman Anggrek bagi warga Kampung Wutung di sisi Papua Nugini.

Saya mencoba mengabaikan Pasar Skouw dan berjalan mendekati Pos Lintas Batas Negara. Gedung megah yang baru saja dibangun atas instruksi Presiden Joko Widodo ini seakan meneteskan cuka dalam luka ketimpangan antara Indonesia dan Papua Nugini. Terlihat jauh lebih banyak orang yang masuk dari sisi Papua Nugini ke Indonesia pada pagi ini daripada sebaliknya. Sementara di sisi Indonesia hanya terlihat para PNS dan keluarganya yang sibuk berfoto-foto di depan gedung baru ini.

Sepeda motor saya parkirkan di hadapan tulisan raksasa. Saya menyapa seorang perempuan muda berjilbab untuk meminta bantuan berfoto. Satu atau dua jepret saja, selebihnya saya hanya tertegun mengamati gedung baru yang begitu lengkap ini, mulai dari pos imigrasi, bea cukai, pos keamanan, toilet modern, klinik kesehatan, hingga tempat parkir kendaraan.

“Bagaimana? Sudah?” tanya tentara penjaga perbatasan ketika melihat saya kembali dari Pos Lintas Batas Negara menuju ke pos pemeriksaan untuk mengambil KTP. Saya mengangguk. Tentara itu kembali melanjutkan obrolannya dengan sejawatnya, nampaknya mereka lebih menikmati kondisi sekarang karena situasi perbatasan yang ramai dan pembangunan yang ada di mana-mana.

Saya berhenti di sebuah kios yang ada di pinggir jalan besar untuk minum. Pasar Skouw sudah tidak seramai tadi pagi, sebuah mobil bak besar membawa dua lusin warga Papua Nugini nampaknya baru saja berangkat kembali ke negaranya menyisakan debu-debu jalan yang beterbangan.