Kurva melengkung membentuk tiga elipsis raksasa berdinding kaca menyambut kedatangan saya di Merauke. Tanah paling timur Indonesia sekaligus anak emas pemerintah pusat yang konon selalu mendapat perhatian berlebih sejak namanya ditatah dalam judul lagu wajib. Tidak lama yang lalu, pesawat baru saja memasuki kawasan dataran dengan hamparan sawah menghijau, sebuah pemandangan langka di Pulau Papua.
Inilah Merauke, kabupaten paling ujung timur Republik Indonesia.
Bandar Udara Mopah sejatinya cukup memberi saya kejutan, lantaran saya tidak berharap banyak dari pintu gerbang ujung timur Indonesia ini. Namun ternyata bukan hanya bangunannya saja yang mengalami modernisasi, fasilitas yang ada di dalamnya pun boleh dibilang tidak kalah dengan bandara-bandara besar yang ada di Pulau Jawa atau Pulau Sumatera.
Saya tidak langsung bergegas keluar, melainkan menyempatkan diri dulu duduk di salah satu kafe yang terdapat di seluaran ruang publik bandar udara ini. Di sana saya duduk bersantai dan mencoba untuk mengakses sejumlah informasi perihal Merauke. Nampaknya tidak ada seorang pun yang duduk bersama saya di kafe siang itu. Hampir seluruh penumpang yang baru tiba langsung bergegas keluar dari bandara, menyisakan saya seorang bersama rombongan tukang ojek.
“Berapa ke Hotel Megaria?” tanya saya kepada salah seorang bapak berkulit legam.
“Dua puluh ribu saja,” jawabnya. Saya tidak paham harga, terus terang saja, namun dari peta yang saya dapatkan nampaknya harga tersebut masih masuk dalam kisaran yang rasional. Akhirnya saya pun sepakat dan berangkat meninggalkan bandara.
Di sisi Bandar Udara Mopah terdapat sebuah patung Yesus Kristus besar yang seakan-akan mengucapkan selamat datang di Kota Merauke. Patung tersebut terletak di sebuah lahan kosong yang lokasinya tepat di sebelah gedung bandara yang lama. Selebihnya di kanan kiri jalan hanya terdapat beberapa pemukiman dan satu gedung universitas.
Selamat datang di Merauke. Saya punya tiga hari di kota ini yang akan saya gunakan semaksimal mungkin untuk menjelajahi setiap sudutnya.