Pahlawan Nani Wartabone

Gorontalo adalah daerah pertama yang mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Tiga tahun lebih awal daripada Jakarta. Tepatnya pada tanggal 23 Januari 1942, Nani Wartabone berpidato mendeklarasikan kemerdekaan Republik Indonesia di Gorontalo.

Siapakah gerangan Nani Wartabone? Tangan saya cepat meraih telepon seluler yang sedari tadi berdiam di kantong celana untuk mencari ihwal nama yang terdengar asing itu. Asing bagi saya, namun tidak bagi Gorontalo. Nama Nani Wartabona abadi sebagai nama taman nasional, nama jalan protokol, dan bahkan mempunyai sebuah monumen dedikatif di pusat kota Gorontalo. Siapakah beliau sebenarnya?

Mata saya memindai teks demi teks di layar telepon sepanjang perjalanan menuju ke Gorontalo, semua tentang Nani Wartabone. Usut punya usut, beliau adalah tokoh perjuangan rakyat Gorontalo.

Nani Wartabone lahir dan dibesarkan dari keluarga berada. Ayahnya adalah pejabat yang bekerja untuk pemerintah Hindia Belanda dan di dalam diri ibunya mengalir darah biru. Namun bagi Nani kecil kehidupan seperti ini bertentangan dengan jiwa nasionalismenya.

Situasi dunia memanas pada tahun 1942, Minahasa jatuh ke tangan Jepang. Orang-orang londo kalang kabut dan melarikan diri ke Poso. Aparat Belanda yang berada di Gorontalo juga bersiap untuk melarikan diri dan berencana membumihanguskan kota Gorontalo. Nani memimpin sendiri pasukan bersenjatakan lembing untuk mencegah kroco Belanda membakar habis kota Gorontalo. Sukses. Belanda melarikan diri tanpa sempat merusak infrastruktur kota.

Penghujung Januari 1942, Nani Wartabone memimpin sebuah upacara di Kantor Pos Gorontalo. Upacara singkat pengibaran bendera merah putih sebagai pernyataan kemerdekaan. Dengan kata lain, Gorontalo mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia tiga setengah tahun sebelum Jakarta melakukannya!

Kisah hidup Nani Wartabone memang penuh narasi yang serba heroik, namun entah mengapa namanya jarang terdengar. Bahkan apabila kita bandingkan dengan para kompatriotnya di Sulawesi seperti Sultan Hasanuddin, Robert Wolter Monginsidi, atau Sam Ratulangi.