Baling-baling berputar kencang ketika pesawat kecil ini melayang-layang rendah di atas Taman Nasional Komodo. Tidak berapa lama lagi kami akan tiba di Labuan Bajo, ibukota kabupaten Manggarai Barat. Saya duduk terpisah dari Lomar, masing-masing dari kami mencari posisi terbaik di paparan jendela pesawat seraya mengamati pulau-pulau kecil yang terserak di bawah sana.
Apabila kami tidak salah sangka, maka hanya kamilah dua-duanya rakyat jelata chauvinist domestik di kapal terbang ini. Sisanya adalah para bule pelarian yang mungkin memang lebih mengapresiasi Taman Nasional Komodo daripada sebagian besar dari kita. Namun siapa peduli karena teruntuk kami komodo adalah bagian dari misteri besar, the unknown, dari arkipelago Indonesia*.
*perjalanan ini saya lakukan di waktu lalu, ketika Pulau Komodo masih belum terlalu terkenal.
Pesawat tersengal pelan, kemudian melayang rendah. Liukan demi liukan mempertemukan kami dengan gugus-gugus kepulauan berwarna hijau menyala liar di bawah sana. Terpapar pemandangan pulau-pulau kecil Nusa Tenggara bagaikan bercak-bercak hijau di atas latar biru terang. Katakanlah saya sudah sering berkeliaran menjamah dunia, namun keelokan seperti ini bukanlah hal yang lazim saya saksikan.
Saya melirik ke arah Lomar, nampaknya dia asyik menatap terus ke dalam lubang bidik kameranya sambil mempercepat frekuensi jepretan. Entah berapa ratus lembar foto yang diambilnya pagi itu. Saya menurunkan kamera dan kemudian terdiam. Mencoba untuk menikmati keindahan di bawah sana tanpa harus mengintipnya melalui sela-sela lorong kamera. Sementara deru pesawat menyesaki udara.
“Dengan pemandangan sebagus ini, kita tidak perlu kemampuan fotografi,” celetuk saya. Lomar hanya tertawa cengengesan sembari melanjutkan aksi potret-memotretnya. Sementara daratan Nusa Tenggara Timur terlihat semakin dekat, seakan-akan ada di dangkalan kaki.
Butuh tiga kali peringatan pramugari untuk membuat kami berdua kembali ke kursi dan mengencangkan sabuk pengaman. Duduk. Tidak berapa lama pesawat pun bergoyang pelan, oleng ke kanan dan ke kiri sebelum akhirnya menapak landasan dengan suara berdecit. Selamat datang di Labuan Bajo!