“Jangan nyari cewek di sana,” melalui pesan singkat Tiara mewanti-wanti saya setengah meledek. Tretes memang memegang reputasi sebagai kampung senang terutama di mata orang-orang Jawa Timur.
Hari itu saya berangkat dari Jakarta menuju ke Tretes bukanlah untuk berwisata, apalagi mencari wanita penghibur. Saya berangkat ke sana karena undangan menjadi pembicara sebuah seminar yang diadakan di Royal Tretes View Hotel. Di sini saya akan melewatkan malam seorang diri karena esok para peserta baru akan hadir berbondong-bondong dari Surabaya dan Malang.
Ternyata tidak salah. Baru beberapa meter saya berjalan di luar kompleks hotel, seorang bapak setengah baya sudah menawari saya untuk dicarikan cewek. Masalahnya saya bersinggah ke tempat ini tanpa ada preparasi untuk hal-hal semacam itu, jadilah saya menolaknya.
Tretes sepintas terlihat seperti tipikal kawasan hijau. Agrowisata di bukit sempalan Gunung Arjuna ini memang tenar karena panorama alamnya. Namun semakin hari, reputasi Tretes justru lambat laun telah bergeser dari agrowisata menjadi wisata syahwat. Bahkan saking menjamurnya, kita bisa mendapatkan tawaran-tawaran ini di jalan umum tanpa harus repot-repot blusukan. Benar-benar luar biasa.