Sepanjang seribu lima ratus kilometer pantai barat Sumatera, terserak kota-kota kecil dan dusun-dusun yang tenang teduh. Kecuali Padang. Padang adalah anomali di pesisir barat Sumatera. Ialah satu-satunya kota metropolitan sekaligus kota terbesar pantai barat Sumatera yang hadir dalam riuh rendah ambien keseharian masyarakatnya yang memekakkan telinga.
Sebagai ibukota Sumatera Barat, Padang benar-benar menunjukkan kebesarannya. Aktivitas penduduk dan perdagangan yang ramai hingga lalu lintas yang padat lalu lalang berseliweran di jalan-jalannya yang beraspal mulus. Namun singgah ke kota ini sehabis dari Bukittinggi, bak dijerang di atas wajan. Panas!
Kota ini lahir dari sebuah kampung rantau yang didirikan para pendatang dari plato Minang. Datanglah mereka dan kemudian menetap di papar Sungai Batang Arau. Selepas terbukanya gerbang dari Samudera Hindia, Padang tumbuh dari sebuah kampung mungil menjadi kota metropolitan dengan perekonomian yang maju pesat hingga saat ini.
Kehadiran saya di kota Padang adalah persinggahan pamungkas dari perjalanan setengah Sumatera. Dari Banda Aceh hingga berakhir di kota ini. Terkhusus untuk kota ini, saya masih menyimpan beberapa hari.
Selamat datang di Kota Padang!