“Pokoknya gue nggak mau ngerti, elu harus ikut! Kita semua ke Green Canyon!” pesan singkat to the point khas Lysa itu membuat saya berangkat dadakan ke Pangandaran. Dua puluh orang. Satu bus.
Sebagai seorang penyuka solo traveling, tentu pergi rame-rame bak darmawisata anak SMP semacam ini bukanlah hal yang lazim saya lakukan. Namun apa mau dikata sebab teman-teman satu geng semuanya ikut berangkat. Agenda kami terbilang normal, body rafting di Green Canyon, esoknya menjelajah gua-gua di Pananjung, mengunjungi penangkaran penyu di Batu Hiu, dan menutup hari dengan sunset watching di Batukaras. Semuanya dilahap dalam waktu dua hari di akhir pekan.
Apa artinya body rafting? Ini menarik. Karena dalam kamus saya, yang namanya rafting itu menggunakan perahu karet. Dalam konteks body rafting, anda adalah pengganti perahunya. Intinya arung jeram dengan memanfaatkan tubuh manusia sebagai kapal.
Sayangnya tidak banyak foto yang bisa saya ambil karena saya tidak punya kamera tahan air.
Jadilah di Cukang Taneuh kami dua puluh orang diseragami pelampung-pelampung dengan corak oranye ngejreng. Terus yang terjadi berikutnya adalah kami diluncurkan dari tempat yang agak tinggi, mengikuti liuk-liuk Sungai Cijulang hingga ke hilir. Durasinya boleh dibilang tidak singkat. Hampir enam jam kami habiskan berpura-pura menjadi kapal dan baru tiba di garis finish menjelang maghrib!