Ada pertimbangan tidak tertulis di dalam sebuah swawisata di era media sosial seperti ini, yaitu seberapa Instagrammable lokasi yang kita tuju. Bukan perihal yang aneh apabila Selecta dipilih lantaran banyaknya titik di tempat ini yang layak untuk masuk ke Instagram.
Entah berapa banyak kami, mungkin empat belas atau dua puluh kepala, beranjak bersama-sama menuju ke Ciater, mendapuknya menjadi sebuah studio dadakan di tinggian kabupaten Malang.
Selecta bukanlah barang baru. Saya ingat benar pernah melihat foto-foto tempat ini di sebuah buku katalog wisata ketika saya masih duduk di bangku SD, awal era 1990-an. Namun apa yang tergambarkan di foto-foto tersebut sudah barang pasti jauh berbeda dengan keadaan saat ini, yang mana tentu sudah lebih penuh namun dengan fasilitas publik yang lebih memadai.
Adapun lokasi favorit anak-anak untuk berfoto adalah di balik barisan bunga warna-warni. Di sini kita sanggup mengambil gambar dengan berbagai foreground berbagai macam bunga, laiknya Keukenhof di Belanda.
Jujur saja, saya sih tidak bisa bercerita banyak soal kebun bunga. Entahlah. Bagi saya hampar bunga-bunga cantik ini justru tidak terlalu menarik apabila dipaksakan dipahami. Biarlah saya menikmatinya apa adanya saja.
Persinggahan di tinggian kota Batu ini menjadi perhantian akhir dari perjalanan kami menyisir dataran tinggi Bromo dan sekitarnya di Jawa Timur. Selanjutnya, entah kapan lagi saya mampu kembali berkeliaran dengan tim yang sama.