Gelak tawa kemudian teriakan-teriakan tidak jelas. Segerombolan anak SMA berkejaran dengan angkot yang sepertinya sudah kelewat penuh hingga si sopir enggan berhenti. Mengetahui polah anak-anak yang ngotot untuk mengejar, si sopir melambatkan mobilnya.
Seperti predator menangkap mangsanya, mereka melompat ke kendaraan yang sedang berjalan tadi. Tidak berapa lama remaja-remaja sekolah itu sudah berada di atas angkot, bergelantungan tidak jelas, bahkan ada yang di atap.
Sesegera mungkin angkot kembali berjalan. Setengah oleng karena tidak seimbang.
Barangkali itulah pemandangan keseharian yang lazim di Dairi. Saya tidak terlalu yakin. Namun aspal yang kurang terawat dengan lubang di sana-sini semenjak baru-baru ini sebenarnya sudah cukup menjadi totem bahwa saya sedang memasuki teritori yang sama sekali baru.
Tidak banyak yang melintas di daerah sini. Apabila dibandingkan dengan sisi Danau Toba di timur sana, terang saja Dairi jauh lebih senyap. Dan dari sini perjalanan pagi ini dimulai.